[Quarante-Huit] : Pacaran.

766 36 4
                                    

Anya sedari tadi hanya senyum-senyum tidak jelas sambil memperhatikan papan tulis yang berisikan mata pelajaran yang tidak ia sukai itu. Padahal dulu, jika papan tulisnya terisi dengan mata pelajaran yang tidak Anya sukai, bisa saja setiap Anya melihatnya selalu megurutu kesal.

Sikap Anya yang aneh membuat Tisya tersadar akan hal itu. Sikap teman Sebangku sekaligus sahabatnya itu. Semakin hari semakin tidak wajar. Anya sering kali senyum-senyum sendiri tidak jelas, seperti saat ini.

"Nya? Lo kenapa sih? Senyum-senyum nggak jelas gitu." Ucap Tisya.

Anya memalingkan wajahnya ke arah Tisya. "Ah masa? Enggak tuh wlee." Anya menjulurkan lidahnya ke arah Tisya.

Tidak lama bel istirahat pun berbunyi. Membuat Anya semakin semangat. Entah apa yang membuatnya lebih semangat kali ini. Senyumnya pun tidak henti-hentinya selalu mengembang ceria.

"Guys! Kantin yuk! Kali ini gue yang traktir deh." Ucap Anya membuat ketiga sahabatnya itu bersorak ria.

"Wah Anya tumben baik banget sih, jangan-jangan Anya lagi jatuh cinta ya?" Vira mencoba menggoda Anya.

"Ah! Apaan sih lo Vir urus aja tuh si ingus dugong lo itu."

"Ih Anya! Jahat banget sih." Gerutu Vira.

"Cup-cup yuk Adek Vira kesayangannya Abang Elvan kita ke kantin." Aurel mencoba menghibur Vira walaupun tetap saja Vira masih memanyunkan bibirnya.

Sedangkan Tisya hanya menggeleng pelan. Melihat tingkah laku sahabatnya itu.

Seperti biasa Anya dan teman-temannya akan menempati meja paling pojok kanan kantin, dekat dengan ruko bakso Mang Ujang.

"Muka lo berseri-seri amat Nya." Ucap Elvan yang ikut aneh dengan sikap Anya saat ini.

"Hmm Van, lo laper nggak? Kalo laper pesen aja tuh apa kek, nanti gue yang bayar." Ucapan Anya barusan mampu membuat Elvan tersenyum sumringah.

"Wah kesambet apaan lo Nya, jadi baik gini sama gue."

"Kesambet cinta," Elvan bergidik ngeri seketika.

"Becanda deng, Btw, Gavin sama Bian kemana Van?" Tanya Anya.

"Kalo Gavin lagi ke toilet paling bentar lagi juga balik, kalo Bian nggak tau tuh anak dari bel istirahat udah ngilang, nah tuh si mayat Idup." Elvan menujuk ke arah di mana Gavin berada.

Anya menjadi senyum-senyum tersipu malu. Saat Gavin duduk tepat di hadapannya. Anya menjadi salah tingkah tidak jelas. Saat Gavin melemparkan senyumnya kepada Anya.

"Gav, pesen makanan gih sekarang Anya mau nraktir kita nih." Ucap Elvan membuat Gavin menaikan sebelah alisnya.

"Tau tuh anak, katanya kesambet cinta, udah mulai geser otaknya." Ucap Elvan secara sembarangan.

"Punya mulut dijaga ingus dugong!" Seru Aurel membuat Elvan mengacungkan dua jarinya kedepan.

"Eh! Itu 'kan Bian sama siapa tuh bule yang namanya Ken, ken, Kenzo," Ucap Aurel membuat Anya dan teman-temannya kompak melihat objek yang di tunjuk oleh Tisya.

"Kenzie, Rel namanya." Tisya mencoba membenarkan ucapan Aurel.

"Nah maksud gue Kenzie." Ralat Aurel.

Kini Anya memandangi Bian yang sedang asik bermesraan dengan Kenzie tanpa ingat dengan teman-temannya. Pantas saja, saat ini Bian menghilang begitu saja saat bel istirahat. Jadi alasannya hanya karena Kenzie?

Gavin yang melihat akan hal itu langsung muak dan pergi meninggalkan area kantin. Begitupun dengan Elvan. Nafsu makannya pun menjadi hilang begitu saja.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang