[Quinze] : First Kiss

1.9K 71 0
                                    

Anya memaksa Arka untuk menaiki bianglala. Sebenarnya Arka tidak suka berada di tempat keramaian seperti ini. Daripada harus berada di tengah-tengah keramaian orang lain. Arka putuskan untuk menerima tawaran Anya untuk naik bianglala. Paling tidak bisa sedikit menghindari Arka dari keramaian.

Bianglala berputar secara lamban. Seperti sengaja ingin membuat siapa pun yang menaikinya bisa menikmati setiap putaran yang ada. Bukan hanya itu dari atas bianglala Anya bisa melihat sedikit penjuru kota Paris. Kota yang Anya idam-idamkan sejak kecil.

Baik Arka maupun Anya tidak ada yang membuka suara sedikit pun. Anya asik menikmati pemandangan dari atas bianglala. Sedangkan Arka asik menatap Anya. Entah mengapa yang pasti Arka senang bisa menatap secara lekat wajah Anya.

"Gue janji, gue akan buat lo bahagia terus, nggak akan gue biarkan iblis kecil gue ini ngejatuhin bulir air matanya." Ucap Arka dengan lirih. Namun tetap saja terdengar olah Anya.

"Dan gue janji akan selalu jadi orang yang paling bahagia, nggak akan gue biarkan air mata gue jatuh secara cuma-cuma, makasih udah jadi alasan kenapa gue bahagia." Ucap Anya sambil memberikan senyum terbaik nya.

Kini Anya dan Arka berada di puncak atas bianglala. Saat berada di atas puncak bianglala, bianglala akan diberhentikan untuk beberapa menit. Agar yang berada di atas puncak bianglala bisa menikmati keindahan kota Paris untuk beberapa waktu.

Arka memajukan sedikit wajahnya ke ke depan wajah Anya. Dan dapat di hitung beberapa centi saja jaraknya. Anya gugup dibuatnya, bahkan kini jarak mereka sangat dekat sekali.

Anya tidak berani menatap bola mata Arka yang tajam. Anya menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ke lain arah.

Arka menaikan dagu Anya secara perlahan. Kini bibir mungil Anya berada di dekat bibir Arka. Arka memajukan wajahnya lagi sampai benar-benar bibirnya bertemu dengan bibir Anya.

Disiran hangat terasa di sekujur tubuh Anya maupun Arka. Anya pasrah dan tidak dapat berbuat apa-apa. Yang pasti kalaupun Anya mencegahnya ini sudah terlambat karena ini semua sudah terjadi.

Anya menjauhkan sedikit wajahnya dan menatap ke arah lain. Sedangkan Arka merasa menyesal karena tidak bisa menahan nafsunya. Egonya terlalu besar dan susah untuk dikendalikan.

Bodoh rasanya, Arka hanya sahabat Anya mengapa Arka bisa selancang itu? Nasi telah menjadi bubur dan tidak akan bisa menjadi nasi kembali. Dan ini semua sudah terjadi Arka tidak bisa mengembalikan nya seperti semula.

Setelah beberapa menit berada di atas bianglala. Arka dan Anya turun dari bianglala. Anya meninggalkan Arka begitu saja.

Ya, sudah diduga Arka sebelumnya, Anya pasti akan marah kepada Arka. Pantas Anya bisa marah kepada Arka. Arka sudah terlalu lancang kepada Anya sampai berani-beraninya Arka mencium Anya.

Benteng yang Arka buat selama ini runtuh begitu saja. Hanya karena Arka yang tidak bisa menahan egonya.

Arka tidak tahu bagaimana kelanjutan dari persahabatan mereka ini. Arka sudah begitu lancang kepada Anya. Mungkin saja ini bisa menjadi masalah besar kedepannya.
Arka pasrah tidak tahu harus berbuat apa. Yang pasti kini Arka sangat-sangat menyesal.

****

Anya bangun dari tidur setelah semalam Anya dan Arka mengahabiskan waktu bersama di wahana bermain.

Bayangan-bayangan semalam selalu menghantui pikiran Anya. Kini Anya benar-benar tidak bisa tenang sedikit pun. Anya selalu terbayang-bayang oleh kejadian semalam.

Sebenarnya apa maksud Arka? Dengan lancangnya Arka mencium Anya. Bukankah Arka yang bilang kalau Arka tidak akan pernah bisa mencintai Anya?

Mengapa kini dengan lancangnya Arka berbuat seperti itu? tidak ada yang tahu pasti mengapa alasannya. Ego Arka terlalu besar hingga sangat sulit untuk dikendalikan. Maka terjadilah sebuah kejadian yang meruntuhkan benteng tinggi yang selama ini sudah Arka buat.

Anya keluar kamarnya dengan mengenakan baju tidurnya. Anya membiarkan dirinya bernampilan buruk di depan semua orang termasuk Arka sekali pun. Pikiran Anya saat ini sedang tidak baik. Langkahnya pun terasa gontai. Seperti tidak ada semangat apa-apa.

Seoarang wanita tua menyapa Anya dari arah meja makan.

"Bonjour Anya," Sapa wanita tua itu yang melainkan adalah Oma Arka.

"Selamat pagi juga Oma," Jawab Anya asal menyebutnya dengan Oma, siapa lagi wanita tua di rumah mewah ini, selain Omanya Arka?

"Sepertinya ini pertemuan pertama kali kita bukan?" Liliana memberikan senyuman hangat ke arah Anya.

Benar rupanya kalau wanita tua itu adalah Oma Arka.

"Betul Oma, ini pertama kalinya Anya bertemu dengan Oma, tidak seperti bayangan Anya sebelumnya, ternyata Oma awet muda 10 tahun," Puji Anya membuat Liliana senyum-senyum tersipu malu.

"Kamu bisa saja, padahal kita baru pertama kali ketemu, kenapa bisa seakrab ini ya?"

Entahlah padahal ini kali pertamanya Anya bertemu dengan Liliana. Tapi Anya merasa sudah sangat akrab sekali dengan Liliana.

"Entahlah Oma, seperti ada ikatan batin antara kita berdua, atau Anya ini cucu yang tertukar?" Anya mampu membuat seisi ruang makan tertawa dibuatnya. Termasuk Arka. Tapi, terlihat jelas di sana ada seukir senyuman yang Arka paksakan.

"Kamu ini ternyata lucu juga ya, pantas saja Arka sering cerita tentang kamu lewat telfon, ternyata kamu anaknya asik juga," Mendengar nama Arka di telinga Anya membuat Anya ingat akan kejadian semalam. Bahkan Anya tidak sadar kalau kini yang ada di hadapannya adalah Arka.

Tiba-tiba perut Anya sudah tidak bisa menerima suapan yang ada di mulutnya itu. Nafsu makannya hilang begitu saja saat mendengar kata Arka. Entahlah Anya masih terlalu kesal dengan kejadian semalam.

"Loh Nya? Kenapa makanan lo nggak diabisin?" Tanya Azka.

"Anya kenyang dan udah nggak nafsu makan lagi Kak." Jawab Anya dengan jujur dan tanpa berfikir panjang Anya langsung pergi meninggalkan meja makan dan diikuti beberapa tatapan aneh ke arah Anya.

Anya tahu pasti ini akan terasa aneh. Tapi sudahlah, Anya sudah tidak tahu bila harus lama-lama berhadapan dengan Arka. Sedangkan Arka sadar kenapa Anya pergi begitu saja. Tentu saja alasannya adalah karena dirinya. Siapa lagi kalau bukan Arka.

Dengan wajah yang sangat menyesal Arka ikut meninggalkan meja makan.

"Ada apa ini? Mengapa semua meninggalkan meja makan? Apa ada yang salah dengan perkataan Oma?" tanya Liliana, mengoreksi ucapannya tadi.

"Sudahlah Oma, tidak ada yang salah dari ucapan Oma, biarkan mereka selesaikan sendiri masalah mereka, Oma lanjut makan ya?" Azka meyakinkan Liliana.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang