[Quatorze] : Taman Bermain

1.8K 70 0
                                    

Anya membaringkan sebentar tubuhnya di atas sofa kamarnya. Badannya terasa pegal mungkin karena setengah hari tadi Anya hanya mondar-mandir mencari tempat spot foto yang bagus.

Nama Azka menghiasi notification di ponsel pintar milik Anya. Tanpa Anya sadari, Azka sudah berulang kali menelfonnya. Tapi tidak menerima jawaban apa pun dari Anya. Dan kini Anya benar-benar lupa kalau sudah meninggalkan Azka sendirian.

Ah bodoh banget, bisa-bisa nya gue ninggalin Kak Azka. Batin Anya.

Kini Anya sangat merasa bersalah kepada Azka. Mungkin saat ini Azka sedang khawatir dengan keberadaan Anya. Sama seperti Azka, Anya sangat mengkhawatirkan keberadaan Azka sekarang yang sudah pasti sedang repot-repot mencarinya.

Anya mencoba menelfon berkali-kali namun yang menjawab bukan Azka melainkan Mbak-mbak operator. Nomor Azka tidak bisa dihubungi dan kini Anya tidak tahu harus berbuat apa. Yang pasti Anya sangat merasa bersalah.

Satu jam sudah Anya menanti kedatangan Azka. Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga. Anya mendengar suara Azka dari luar kamar nya yang tedengar begitu cemas.

Anya langsung bergegas menghampiri Azka. Anya semakin merasa bersalah. Wajah Azka terlihat cemas sekali. Bahkan kini wajahnya sudah terlihat sangat lelah.

"Kak Azka maafin Anya," ucap Anya dengan nada memelas.

"Ya ampun Nya, gue fikir lo nggak tau jalan pulang. Gue udah panik banget nyari-nyari lo kemana-kemana," Lega rasanya Azka bisa menemukan keberadaan Anya dengan baik-baik saja.

"Maafin Anya, tadi nggak sengaja ketemu sama Arka, nah terus kita keasikan foto sampe lupa waktu. Dan kita mutusin untuk pulang kerumah karena udah siang, pas sampai rumah Anya baru inget kalo Anya pergi bareng sama Kak Azka," Ucap Anya menurunkan sedikit nada bicaranya sambil menundukkan kepalanya kebawah.

"Hmm lain kali kalo mau pulang duluan bilang Nya, jangan bikin khawatir lagi ya. Jujur tadi gue khawatir banget Nya." Anya bisa bernafas lega karena Azka tidak marah kepadanya.

"Oke lain kali Anya akan bilang dulu ke Kak Azka, tapi tadi tuh bener-bener lupa karena keasikan foto-foto."

Azka hanya terkekeh kecil melihat tingkah laku Anya yang seperti anak kecil yang sedang berbuat salah kepada Ibunya.

Mana mungkin Azka bisa marah dengan Anya? untuk membentaknya saja Azka tidak tega. Wajah Anya yang menggemaskan bisa siapa saja yang marah kepada Anya bisa seketika luluh bak terkena hipnotis.

****

Adibrata Arka Bagaskara : gue tunggu di depan rumah, setelah makan malam.

Satu pesan masuk ke ponsel pintar milik Anya. Siapa lagi kalau bukan Arka. Tidak ada hujan tidak ada angin. Arka menyuruh Anya keluar rumah? Atau mungkin Anya ingin di culik oleh Arka? Ah yang pasti kini Anya di hantui oleh pikiran-pikiran aneh yang menghiasi isi kepala Anya.

Sesuai permintaan Arka, setalah makan malam Anya pergi ke depan rumah. Benar saja sudah ada Arka yang menunggu nya.

"Mau kemana sih? Ngajakin pergi malem-malem lo mau nyulik gue ya?!" Tuduh Anya secara sembarangan membuat Arka terkekeh kecil.

"Siapa juga yang mau nyulik lo, mana ada juga orang nyulik bilang-bilang dulu," Dengan santainya Arka menarik tangan Anya agar masuk ke dalam mobil.

"Lepas nggak?! Lo mau nyulik gue 'kan? Lo mau bawa gue kemana?" Teriak Anya seolah-olah kini Anya sedang di culik sungguhan.

Arka memajukan sedikit langkahnya, hingga wajahnya bertemu dengan wajah Anya dan hanya berjarak sekitar beberapa centi saja.

"Gue mau ajak lo ke suatu tempat, jangan berisik, Azka udah ngajak lo pergi. Kali ini izinin gue ajak lo ke suatu tempat. Jangan banyak nanya atau nuduh gue yang enggak-enggak lagi," Ucap Arka dengan lirih membuat jantung Anya berdegup menjadi tidak karuan.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang