[Trente-Six] : Welcome back Anya!

1.2K 55 8
                                    

Sudah seminggu lamanya Anya dirawat. Keadaannya pun mulai membaik. Dan seminggu sudah Anya selalu mendapatkan bunga misterius yang entah dari mana asalnya. Tapi, Anya selalu yakin bunga itu berasal dari Arka. Entah bagaimana Arka mengirimkannya. Tapi Anya benar-benar yakin bahwa bunga itu berasal dari Arka.

Semenjak Anya dirawat. Hampir setiap hari teman-temannya menyempatkan waktunya untuk menjenguk Anya. Terlebih lagi Gavin dan Tisya yang sering menginap di rumah sakit. Entahlah Anya merasa teman-temannya sangat peduli sekali dengan Anya.

"Sudah siap Nya? Masuk kembali lagi ke rumah?" Tanya Lika kepada Anya.

Wajah Anya terlihat sangat gembira. Rasanya sudah lama sekali Anya meninggalkan rumah. Padahal yang Anya ingat, Anya di rumah sakit hanya seminggu. Jelas saja Anya tidak mengingat apapun tentang kejadian selama seminggu Anya di Paris.

Anya perlahan melangkah, menelusuri halaman rumahnya. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba bola matanya mengarah ke rumah Arka yang sangat begitu gelap dan sepi. Seperti tidak berpenghuni. Anya tidak boleh sedih, Anya telah berjanji kepada Arka bahwa Anya tidak akan menjatuhkan air matanya secara cuma-cuma apapun terjadi Anya tetap harus bisa memberi senyuman terbaiknya ke semua orang.

"Kok berhenti Nya?" Tanya Bram.

"Eh? Enggak kok Yah." Anya melanjutkan lagi langkahnya yang sempat terhenti itu.

Anya membuka pintu rumah dan memasuki rumahnya secara perlahan. Gelap dan sepi, tidak ada Delvin ataupun Kakaknya di dalam. Cukup kecewa tidak ada sambutan apa-apa dari keluarganya. Tapi, Anya senang kini Anya sudah bisa kembali ke rumahnya.

"Welcome back Anya!" Seru secara bersamaan teman-teman Anya, Delvin, dan Chelsea, yang kini sedang menyambut kedatangan Anya kembali.

Ruang tamu Anya dihias sedemikian rupa. Balon huruf yang sangat besar bertuliskan 'Wellcome back Anya' tertempel di dinding ruang tamu rumah Anya. Serta ada balon-balon kecil yang menghiasi setiap sudut rumahnya.

Anya memeluk teman-temannya di susul memeluk Delvin dan Kakanya.

"Makasih banyak semuanya, Anya seneng banget, maaf berkat Anya kalian jadi harus repot-repot menyiapkan ini semua,"

"Santai aja kali Nya, kayak sama siapa aja lo, nih makasih dong sama donatur terbesar kita, komesaris besar Bapak Fabian Bertrand Alexander yang sudah menyumbangkan uangnya untuk menyiapkan ini semua," Ucap Elvan membuat Anya tertawa renyah.

"Makasih Bian, Tumben lo Bi nggak pelit," Ucap Anya kepada Bian.

"Sama-sama Nya, demi lo nih gue ngeluarin uang banyak," Bian menyombongkan dirinya.

"Bi? Babi Nya?" Tanya Elvan membuat seisi rumah Anya tertawa renyah.

"Iya lo yang jadi babinya." Balas Anya secara tajam.

Elvan merasa kalah karena ucapan Anya barusan. Membuat semua orang yang ada di rumah Anya tertawa geli melihat wajah murung Elvan.

"Permisi? Acaranya udah mulai?" Tanya sesosok laki-laki. Membuat semua orang menatap ke arahnya.

"Eh Nak Azka silahkan masuk, kok baru datang? Acara penyambutannya sudah selasai. Tapi, tenang saja acara makan malamnya belum kok," Sambut Lika secara hangat.

Tawa hangat berubah begitu saja menjadi tatapan aneh. Azka menjadi merasa tidak enak karena harus mengganggu acara Anya dan teman-temannya.

"Maaf tante tadi Azka harus jemput seseorang dulu, maaf juga semuanya udah ganggu acara kalian dan datang terlambat,"

Anya merasa ada yang aneh dari Azka. Entah apa yang Anya rasakan, yang pasti setiap Anya melihat wajah tampan Azka. Hatinya sangat sakit. Tapi, Anya tidak terlalu memikirkan apa penyebabnya. Mungkin perasaannya saja yang sedang tidak menentu.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang