[Soixante-Quarate] : Place de la Concorde

2.2K 71 48
                                    

Sejak kejadian semalam, Anya tidak henti-hentinya. Tersenyum sumringah dan sangat terlihat sangat gembira sekali. Ya, taman bermain itu lagi-lagi mencetak kenangan indah untuk Anya kenang.

Ciuman pertama Anya dengan Arka. Lalu kali ini terulang kembalikan di tempat yang sama. Hanya saja ini bukan ciuman pertama lagi bagi Anya. Ini ciuman kedua kalinya Anya bersama Gavin. Walau tetap saja, Arka sudah menang jauh dibanding Gavin. Karena sudah merasakan bibir mungil Anya lebih dulu.

Pagi ini Anya, Gavin, Azka, dan Chelsea sedang sarapan pagi di rumah Azka. Ini adalah hari kedua Anya di Paris. Masih ada sisa tiga hari lagi untuk Anya memperjelas semuanya.

"Sekarang udah siap?" Tanya Azka disela saat semuanya hening sedang menghabiskan makanannya.

Anya menjeda aktivitasnya itu. "Siap apa?" Tanya Anya kepada Azka.

"Itu, ketemu Arka."

Gavin tersedak begitu saja, saat mendengar ucapan Azka barusan.

Anya dengan cekatan mengambil air minum untuk Gavin. "Nih Gav, minum." Anya menyodorkan segelas air putih untuk Gavin.

Tanpa basa-basi Gavin langsung meneguk satu gelas air putih itu.

"Makannya kalo makan tuh pelan pelan." Ucap Azka sok menasehati Gavin.

Gavin hanya terdiam tanpa merespon ucapan Azka.

"Untung udah kebal gue dicuekin orang, apalagi sama Chelsea," Ucap Azka membuat Chelsea seketika tatapannya tajam menusuk ke arah Azka.

"Duh serem, jangan serem-serem ah nanti makin cantik." Ucapan Azka barusan membuat nafsu makan Chelsea sepertinya mengurang.

Anya menghiraukan tingkah Azka yang selalu menggoda Kakaknya itu. Kini yang menjadi pusat perhatian Anya adalah, Gavin. Entah mengapa kini rasanya Anya sangat berat sekali.

Anya dihadapkan dua pilihan besar yang Anya sendiri tidak tahu akan memilih yang mana. Anya tahu, perasaan Anya kepada Gavin memang nyata adanya. Tapi, di sisi lain terselip nama Arka di hati Anya. Jadi siapa yang pantas untuk di hati Anya?

Anya menggeleng. "Gue belum siap sekarang." Ucap Anya.

Azka mengangguk kecil. "Oke, gue nggak akan maksa kalo lo belum siap."

Tiba-tiba keheningan kembali menyelimuti ruang makan, di rumah Azka. Suasana ini begitu kaku bagi Anya. Apalagi Gavin yang berada di samping Anya. Ia benar-benar terlibat datar dan tatapannya sangat dingin.

Anya meletakkan pisau dan garpunya di atas meja makan. Anya menarik napasnya pelan-pelan lalu membuangnya secara perlahan.

"Kak lo masih inget nggak sih? Waktu itu lo ajak gue ke alun-alun? Yang gue kelaparan itu loh." Ucap Anya begitu saja berusaha untuk memecahkan suasana kaku itu.

"OH IYA GUE INGET! PERUT LO BUNYI KENCENG BANGET GARA -GARA KELAPERAN." Azka dengan semangat mengucapkan ucapannya sambil terasa terbahak-bahak.

"Sialan lo Kak! Ingetnya pas itu doang." Balas Anya dengan sinis.

"Gue ngakak banget Nya! Kalo inget itu." Azka masih tertawa kala mengingat kejadian itu.

"IHH KAK AZKA! UDAH DEH NGGAK USAH KETAWAIN ANYA GITU." Anya melipat dua tangan di atas dada, lalu memutar bola matanya.

"Iya-iya maaf, tapi asli itu lucu!" Azka masih sedikit tertawa.

Anya membuang wajahnya.

"Damai, damai, maaf Nya, kesitu lagi yuk! Mau nggak?"

"Mau! Tapi Kak Azka nggak ikut!" Anya menjulurkan lidahnya ke arah Azka, lalu pergi meninggalkan meja makan begitu saja.

Azka yang menyadari akan hal itu. Spontan ikut meninggalkan meja makan dan mengejar langkah Anya.

"Awas lo Nya!" Seru Azka.

Chelsea hanya menggeleng pelan. Ketika melibat tingkah Adiknya dan laki-laki yang katanya menyukainya itu. Bertingkah layaknya anak kecil yang saling mengejek.

****

Anya mengedarkan pandangannya ke segala penjuru Place de la Concorde. Alun- alun paling terkenal di kota Paris yang terletak di antara Tuileries Gardens dan Champs Élysées.

Anya masih ingat betul dulu ditempat ini, menjadi tempat pelarian Anya. Karena Anya kesal dengan Arka yang tanpa izin mencuri ciuman pertama Anya.

Untung saja ada Azka yang waktu itu menolong Anya, dan mengajak Anya untuk ke tempat ini. Sekedar untuk membalikkan mood Anya saja.

Anya mendatangi air mancur yang paling Iconic di tempat itu. Anya ingat dulu Anya bermain dengan burung burung liar yang berada di sekitar air mancur. Sampai perut Anya kelaparan. Itu salah satu hal yang paling memalukan bagi Anya.

"Dulu di tempat ini lo kelaper-" Belum sempat Azka melanjutkan ucapannya Anya sudah menutup mulut Azka terlebih dahulu.

"Diem! Jangan dibahas lagi!" Seru Anya dan langsung diangguki oleh Azka.

Napas Azka terengah-engah. "Gila! Hampir kehabisan napas gue." Keluh Azka kepada Anya.

"Lebay lo Kak!"

Terlepas dari Azka yang selalu menggodanya sedari tadi. Anya melihat Gavin sedang memberikan makan burung liar itu. Anya tertawa kecil kala melihat Gavin dilingkari oleh sekelompok burung, yang saling berebut makanan dari telapak tangan Gavin.

Anya membantu Gavin yang sudah mulai panik karena semakin banyak burung yang menghampiri Gavin.

Anya menebarkan makanan di sekitar jalanan. Agar burung-burung itu pindah ke tempat yang sudah Anya terbari makanan.

Kerumunan burung itu akhirnya membuat Gavin melihat jelas. Orang yang sedang berada di hadapannya sekarang ini.

Anya menjongkokkan badannya, untuk memberi makanan kepada burung-burung itu. Anya menyisakan beberapa makanan di telapak tangannya. Untuk sengaja, burung-burung itu mengambil makanannya sendiri dari telapak tangan Anya.

Anya dapat merasakan tangannya di patuk-patuk kecil oleh burung itu. Anya tersenyum sumringah. Rasa-rasanya dari hal kecil saja Anya sudah bisa bahagia.

Gavin yang melihat akan hal itu, ikut menjongkokkan badannya di samping Anya. Meniru apa yang saat ini sedang di lakukan Anya.

Anya menoleh ke samping kanannya. Anya dapat melihat Gavin, yang sedang tersenyum girang memberi makanan kepada burung-burung liar itu.

Hal sesederhana ini bisa membuat Anya bahagia dan bersyukur. Karena telah memiliki Gavin, si manusia langka yang jarang Anya temui disetiap orang.

Dari arah belakang Chelsea dan Azka kompak mengagetkan Anya dan Gavin. Seketika Anya dan Gavin pun terkejut secara bersamaan.

"EH AYAM, AYAM, BURUNG LO JATOH! Anya mengeluarkan latah yang membuat Azka dan Chelsea tertawa terbahak-bahak.

"HAH? BURUNGNYA AYAM JATOH? JADI AYAM PUNYA BURUNG NIH?" Azka meledek Anya membuat Anya garuk-garuk kepala salah tingkah tidak jelas.

Anya memukul mulutnya secara pelan. "Ih! Bisa latah gitu deh." Gerutu Anya.

"Kalo burungnya ayam jatoh berarti nggak bisa dipake buat nanti malem dong?" Tanya Azka dengan wajah meledek.

"IH! KAK AZKA! UDEH DEH! SENENG BANGET LEDEKIN ANYA! Anya kesal dan pergi begitu saja meninggalkan Azka, Gavin, dan Chelsea.

Tawa Azka mulai pudar, lalu dengan datarnya ia berucap. "Awas Gav! Nanti burung lo jatoh." Tawa Azka kembali pecah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang