[Cinquarante-Neuf] : Arka pamit

807 46 6
                                    

"Gav, janji ya sama gue? Kalo lo nggak bakal ngilang-ngilang lagi kayak kemarin." Pinta Anya dengan sungguh-sunguh.

Gavin hanya mengangguk mengerti.

Anya mendecak kesal, Gavin ya tetap Gavin. Si maya hidup yang serba irit ngomong. "Ck, lo tuh ya Gav, bisa nggak sih? Kosa kata lo ditambah gitu? Abis gue keluar dari rumah sakit, kita beli buku ya! Buat nambah kosa kata lo."

Gavin yang sedang mengupas kulit jeruk untuk Anya itu. Hanya mengangguk lagi untuk merespon ucapan Anya.

"Ihh! Bisa nggak sih Gav lo tuh ngomong, nggak usah diem aj-"

"Iya sayang." Belum sempat Anya melanjutkan ucapannya, Gavin sudah lebih dulu menjawab ucapan Anya dan membuat Anya sangat terkejut.

"What? Gue nggak salah denger 'kan Gav?" Tiba-tiba hati Anya berbunga-bunga saat Gavin mengucapkan kata 'sayang' untuknya. Entahlah mungkin saat ini sudah terlihat jelas pipi Anya sudah mulai merah merona.

Jangan salahkan Anya. Ini bukan lebay, untuk sesosok Gavin mengucapkan 'sayang' adalah salah satu kata yang jarang diucapkan. Bahkan hampir tidak pernah, atau ini pertama kalinya? Ia mengucapkan kata itu? Entahlah hanya Gavin yang tahu.

"Gav, sering-sering ya lo ngomong gitu. Gue seneng dengernya." Ucap Anya dengan nada gembira.

Lagi-lagi Gavin hanya mengangguk.

Anya mendengus kesal. Baru saja tadi Gavin, mengeluarkan kata-kata yang membuat hati Anya berbunga-bunga. Sudah kembali saja sifat cuek Gavin.

Biarlah, mau diapakan juga sudah menjadi sifat yang sudah mendarah daging dengan Gavin. Yang terpenting adalah, kini Anya masih bisa bersama-sama dengan Gavin.

                           ****

Tok!Tok!Tok!

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang rawat Anya.

"Gav tolong buka pintunya! Ada orang mau masuk tuh." Titah Anya kepada Gavin dan langsung Gavin kerjakan.

Belum sampai Gavin membuka pintunya. Orang itu sudah masuk ke dalam ruang rawat Anya lebih dulu.

"Kak Azka?" Ucap Anya spontan saat melihat Azka masuk ke ruang rawatnya lengkap dengan pakaian dinas has milik Azka.

"Hai! Nya! Gimana keadaan lo? Baik-baik aja 'kan? Asli gue panik banget pas tau lo masuk UGD, detik itu juga gue batalin jadwal dinas gue." Ucap Azka.

"Anya nggak apa-apa kok Kak, masih sedikit sakit sih lukanya, tapi makin membaik kok."

"Syukurlah, nih gue bawain bunga sama cokelat kesukaan lo, siapa tau jadi sembuh." Azka meletakkan sebuah boquet bunga dan sekotak berisikan cokelat kesukaan Anya.

Gavin hanya melihat sinis ke arah Azka. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Sudah sangat jelas, rupanya Gavin cemburu dengan Azka.

Anya yang menyadari hal itu. Hanya menggaruk-nggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk ke arah Azka. Anya tidak tahu bagaimana harus membalas terima kasih. Akhirnya hanya senyuman kikuk Anya, yang ia berikan.

"Boleh gue bicara sama Anya, berdua?" Tiba-tiba Azka mengucapkan kalimat itu, yang membuat Anya dan Gavin terkejut secara bersamaan.

Anya dan Gavin sama-sama terdiam. Tidak ada jawaban dari keduanya. Membuat Azka mengerutkan keningnya.

"Jadi gimana? Boleh nggak? Ada hal penting yang harus gue omongin ke Anya." Ucap Azka dengan serius.

Sepertinya memang ada hal serius yang ingin Azka sampaikan. Anya tak tahu apa yang ingin disampaikan Azka kepadanya. Anya berharap semoga kejadian di Paris kemarin, tidak terulang kembali.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang