[Dix-neuf] : Eiffel Tower

1.3K 65 3
                                    

Anya memasuki kamarnya yang hampa. Lelah rasanya setelah seharian penuh berkeliling disalah satu tempat destinasi yang sangat ingin Anya kunjungi. Harusnya masih ada satu tempat lagi. Namun Anya gagal datang ke sana.

Anya bingung harus kesana atau tidak. Anya saja tidak tahu siapa pengirim bunga itu.

Anya mengambil Note yang terselip dalam bunga itu. "Siapa sih lo? Buat gue repot tau nggak sih, kalo bukan Kak Azka siapa lagi?"

Anya merasa sangat penasaran dari mana bunga itu berasal. Anya ingin mengetahuinya namun disisi lain Anya takut. Kalau ada maksud jahat di dalamnya. Bisa jadi 'kan dari bunga itu Anya diculik?

Bayangan-bayangan aneh menelisik pikiran Anya. Penasaran tapi takut, kalau sampai di atas puncak menara Eiffel Anya dikepung oleh penjahat bagaimana kelanjutan nasipnya?

"Loncat aja kali ya dari atas menara Eiffel, kalo tiba-tiba gue di kepung penjahat. Daripada habis ditangan penjahat," Anya bergidik mengeri membayangkannya. Baru membayangkannya saja Anya tidak sanggup. Bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi dengan Anya?

Anya menatapi bunga misterius itu dari tadi. Pandangannya tidak henti-henti menatapnya dengan bingung. Rasa penasaran akan pengirim bunga itu tumbuh semakin besar. Anya semakin penasaran. Pasti pengirim bunga itu kini sudah menunggu Anya di atas puncak menara Eiffel.

"Apa gue samperin aja ya?" Anya mondar-mandir tidak jelas di kamarnya sambil menatap ke arah bunga itu.

Rasa takut Anya kalah begitu saja dengan rasa penasaran Anya yang begitu sangat besar. Membuat Anya memutuskan untuk mencari tahu dari mana bunga itu berasal.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 malam waktu setempat. Bahkan Anya sudah tidak memperdulikan lagi. Dengan dunia malam yang bisa jadi mengancam keselamatan Anya.

Kini Anya tidak tahu harus kemana. Bahkan jalan menuju Eiffel tower saja Anya tidak tahu. Beruntung ada sebuah taxi yang masih menerima  penumpang di jam malam seperti ini.

"Eiffel Tower." Ucap Anya dan langsung dimengerti oleh supir taxi itu, beruntung sopir taxi itu mengerti yang Anya maksud. Jadi Anya tidak perlu repot-repot buka Google Translate untuk menerjemahkan bahasa.

                        ****

Tidak perlu menunggu lama. Sekitar 10 menit perjalanan membawa Anya tepat di bawah Eiffel tower. Mengingat jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah Liliana.

Anya melihat pemandangan sekitar. Ramai sekali rupanya dijam-jam seperti ini. Banyak pasangan yang menikmati keindahan malam dari atas puncak Eiffel tower.

Bahkan Anya kini sangat minder. Rata-rata yang datang kesini berpasangan atau bersama keluarga dan teman-teman sebaya mereka. Kalau bukan karena bunga itu. Tidak akan mungkin Anya nekat seperti ini.

Cuma karena bunga? Cukup tidak masuk akal bukan? Anya memberanikan diri keluar malam secara diam-diam untuk mengetahui siapa pengirim bunga itu. Berharap sang pengirim bunga masih setia menunggu Anya jauh di atas sana.

Anya menatap jauh ke atas puncak menara Eiffel. "Kalo gue bisa terbang, gue terbang sekarang juga jadi nggak perlu repot-repot antre beli tiket cuma mau naik ke atas sana doang," kini Anya sedang berbaris rapih untuk mengantre membeli tiket untuk naik ke atas puncak menara Eiffel.

Anya mendecak kesal. Antrean ini benar-benar membuat Anya tidak sabar ingin cepat-cepat naik ke atas puncak menara Eiffel.

"Heran aja, kok pada rela ya antre tiket sepanjang ini? Cuma mau naik ke atas sana? Padahal di atas sana nggak ada apa-apa. Kalo bukan karena bunga itu, gue si ogah harus ngantre panjang begini." Gerutu Anya yang sedari tadi kesal harus menunggu lama.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang