Pos Udara Hanya 1 Kalimat
Wanita berusia 25 tahun itu menarik napasnya dan menghembuskannya dengan perlahan, sesekali dia mengusap tepian kartu pos usang itu. Kartu pos dengan cap tujuh tahun yang lalu.
Kartu pos dengan sampul tepi laut yang indah dengan mentari senja. Benar-benar indah.
Saat wanita itu membalik postcard itu dia menemukan satu kalimat di sana.
"Apa kabarmu?"
Hanya satu kalimat saja dan itu cukup membuat sosok wanita berambut sebahu bernama Mao Inoue itu tersenyum lembut dengan mata berkaca-kaca.
"Kabarku baik,"katanya lirih di tengah hembusan angin musim panas di stasiun Ehime itu. Kemudian, kepalanya mendongak, menatap langit dengan gradasi warna oranye yang bercampur dengan birunya laut. "Bagaimana denganmu?"
****************
"Matte!"
Kepala berbalut topi rajut merah dengan rambut sepunggung itu menoleh kearah sumber suara. Matanya membulat saat melihat sosok berbalut cardigan hitam dengan piyama rumah sakit tengah berusaha mengatur napasnya sembari membungkuk.
"BAKA! Kau cari mati ya?! Dasar nekat!" Mao Inoue, sosok bertopi rajut itu berseru kesal sembari meninggalkan kopernya di peron bersama dengan kedua orangtuanya yang mulai memperhatikan keduanya.
Sosok berpiyama rumah sakit berwarna biru dengan cardigan itu menenggakkan tubuhnya dan tersenyum. "Kalau aku nggak nekat, nggak bakal bisa ketemu Mao untuk terakhir kalinya."
Mao berdecak. Dia melirik sosok bernama Matsumoto Jun itu sinis. "Aku benci kau mengatakan ini terakhir kalinya. Kau pikir kau tidak bisa bertahan?!"
Matsujun tersenyum lembut. "Itu tidak penting. Aku kemari karena ingin mengantar kepindahanmu ke Tokyo. Boleh kan?"
Mao berdecak. Dia menarik hidung Matsujun dengan gemas membuat si empunya meringis.
"Aduh, aduh! Hentikan, hentikan!"Mao berujar gemas sembari mengencangkan cubitannya di hidung Matsujun. "Kalau kau sampai melakukan hal nekat dengan kabur dari rumah sakit, aku tidak mau menemuimu lagi!"
Matsujun menepis tangan Mao setelahnya mengusap-usap hidungnya yang terasa berkedut akibat tarikan maut milik Mao. "Aduh, hidungku.. "
"Aku sedang bicara denganmu! Matsujun no baka!"gerutu Mao kesal.
Matsujun menatapnya dengan senyuman. "Iya. Aku tidak akan nekat lagi. Aku janji padamu akan menjalani pengobatan supaya cepat sembuh dan segera menjemputmu di Tokyo untuk menikah denganku."kata cowok berusia 18 tahun itu.
Mao mengerjapkan matanya dengan tak percaya. Apa maksudnya?
Melihat wajah shock Mao, Matsujun tertawa. Dia meraih Mao untuk dia dekap dan mengacak-ngacak rambut gadis itu, membuat topi rajut milik Mao nyaris terlepas.
"Jangan dibawa serius begitu. Aku bercanda!"ujar Matsujun dengan tawanya yang renyah.
Mao mendengus, memukul punggung Matsujun dengan sebal. "Jangan seperti itu!"
"Hee?"Matsujun melepas dekapannya dan menatap Mao heran. "Memangnya kau mau menikah dengan pria berpenyakit sepertiku?"
Mao benci mendengar kata itu, dia memalingkan wajahnya dan memilih menatap laut senja di stasiun Ehime itu.
"Mao kan masih punya masa depan yang cerah. Jangan mau menikah denganku yang berpenyakitan."
"Memangnya siapa yang mau menikah denganmu? Asal kau tahu saja aku lebih memilih menikah dengan Ohno."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Keberadaan Yang Tak Tergantikan (Drabble/Random)
FanfictionDrabble J-pop cover by @moemoesa Keberadaan yang tak tergantikan itu bukan hanya tentang manusia. Tapi, juga sesuatu yang hanya bisa di rasakan oleh hati dan pikiran. Semua orang punya tempat khusus untuk menyimpan keberadaannya. Yang pasti di duni...