41. Suntikan

59 6 5
                                    

41. Suntikan

ARASHI
Fluff

----------

".... Mohon bagi bapak dan ibu guru yang sedang mengajar di kelas, di harap memberikan persiapan bagi murid-muridnya untuk suntik difteri kedua. Bagi kelas 10, 11, dan 12."

"YADA! ENGGAK MAU!"Aiba berusaha berontak saat dirinya hendak di suntik. Bahkan sebagian kemejanya saja sudah terbuka dan menampilkan lengannya yang sudah siap di suntik.

"Astaga! Aiba-kun! Tenang sedikit enggak sakit kok!"Julie-sensei menahan bocah berusia 16 tahun itu supaya tidak kabur dari ruang UKS. Aiba menggeleng-geleng. Air matanya sudah mengalir sangat deras. "Enggak maauuu, sensei! Enggak mau! Huhuhu..."

Julie berdecak dan menarik kepala Aiba untuk menyelip di antara ketiaknya. Seperti yang biasa di lakukan guru-guru pada anak SD. Tapi.... Aiba ini sudah kelas dua SMA. Ya ampun!

Aiba gemetar saat merasakan perasaanya tidak enak. Dan benar saja...

"UUU——WAAAAHHHH!!! YAA GUSTII~"

Jarum suntik itu sudah melewati kulitnya dan Aiba nyaris saja pingsan.

****

"Dasar cengeng."ejek Nino saat Aiba keluar dari UKS dengan kemeja yang belum di kancing sempurna dan tangan kanan yang memegangi kapas di area lengan kirinya yang di suntik. Dia masih sesegukan setelah di suntik tadi.

"Be-berisik!"gerutu Aiba jengkel dengan mata sembab. Nino tertawa melihatnya.

"Ninomiya Kazunari!"

Nino baru saja hendak berbicara lagi saat namanya keburu di panggil. Dia sedikit tersentak saat mendengar namanya di sebut. Ada sedikit rasa-rasa takut saat harus berhadapan dengan suntikan.

"Su-sudah sa-sana ma-masuk! Da-dasar payah!"kata Aiba membalas ejekan Nino dengan sebal.

Nino berdecak. "Iya! Iya!"

Nino segera melangkahkan kaki masuk ke ruang UKS yang ramai oleh para perawat itu. Matanya yang tajam menelisik ke berbagai sudut UKS. "Nino! Ayo sini!"

Bahu Nino sontak terangkat karena terkejut karena kaget namanya di panggil.
Julie-sensei sudah berdiri di dekatnya dan bersiap untuk menyeretnya ke depan perawat.

"Jangan, sensei! Saya bisa jalan sendiri!"seru Nino sembari melompat mundur menjauhi Julie-sensei yang sudah akan mengulurkan tangannya.

Aduh, kenapa gue mendadak parno gini sih?, gerutu Nino sebal dalam hati.
Dia berjalan mendekati perawat yang sudah siap dengan suntikannya.

Nino menggulung sebagian lengan kemejanya dan duduk dengan posisi menyamping.

"Tenang ya, dek. Gak lama kok."kata perawatnya sembari membuka penutup suntik itu.
Nino menelan salivanya dan mengerjap. Sebelum, jarum itu menusuk kulit lalu ke dagingnya, Nino berteriak. "Pelan-pelan, sus! Pelan!"

Perawat itu mengangguk dan sudah mulai menyuntikka obat ke dalam tubuh Nino tapi cowok itu berteriak panik lagi. "Pelan, sus! Pelan!"

Perawat itu menghembuskan napasnya dan tersenyum manis sebelum menusukan suntikan itu ke kulit Nino.

"ADUUUHHH!"

***

"Kak Sho jangan kabur ya."ujar Fuma pada senpainya di kelas dua belas itu sebelum meninggalkan Sho di depan ruang UKS itu.

Sho menarik tangan Fuma dan berbisik di dekatnya. "Sakit gak?"

Fuma menahan tawanya membuat Sho menepuk pelan bagian tangan Fuma yang baru di suntik. Fuma menjerit dan balas menepuk kepala kakak kelasnya itu.

"SAKIT TAU!"

Sho segera kabur balik ke kelasnya setelah mendengar jeritan Fuma. Ternyata sakit, ternyata sakit, gumam Sho dalam hati sembari bergidik. Sepertinya dia akan di seret nanti oleh Julie-sensei karena ketahuan menghindari vaksinisasi.

Bodo ah, Sho enggak mau bernasib sama kayak Fuma. TITIK.

****

"Ohno-senpai sudah suntik?"Haru, adik kelasnya baru saja selesai di suntik vaksin dan melihat kakak kelasnya itu sedang sibuk duduk-duduk di bawah pohon rindang sembari menggambar.

".... Sudah."sahut Ohno lamat-lamat.

"Bohong."kata Haru membuat Ohno melotot kearahnya. Haru berdecak. "Aku enggak lihat nama Ohno-senpai di daftar selesai suntik."

"... Mereka belum catet namaku."

"Berarti belum."sahut Haru dengan santainya. Ohno menyipitkan matanya kearah Haru dan mendelik.

"Ya sudah kalo enggak percaya."

Ohno lebih suka di santap megalodon ketimbang harus mengorbankan tangan berharganya.

****

"Matsumoto Jun."

Jun melangkahkan kakinya masuk ke dalam UKS. Tidak lupa tersenyum kearah Julie-sensei. Dia duduk menyamping kearah perawat itu dan menyunggingkan seulas senyum.
Si perawat menghembuskan napasnya karena melihat wajah Jun yang tampak sedang tersenyum itu.

"Aduh, kamu enggak usah suntik deh ya. Saya enggak tega nih nyakitin kamu."kata perawatnya.
Aduh, perawatnya itu kayaknya saya deh.

Jun tertawa. "Jangan, mbak. Biar saya aja yang nyakitin. Mbaknya jangan."

Perawat itu mulai membuka suntikannya dan menarik napas. Bersiap untuk 'menyakiti' seorang Matsumoto Jun.

"Selesai..."ujar perawatnya sembari menghembuskan napas. Jun memegangi kapas yang di tempelkan si perawat pada luka yang di buat setelah suntik.

Jun beranjak dari sana dan di sambut tatapan penasaran Ohno, Nino, Sho dan Aiba yang masih memegangi tangan kiri mereka.

"Kok ku gak denger teriakannya Jun sih?"gerutu Nino penasaran.

"Gak jadi di suntik ya?!"tuduh Sho dengan sewot. Dia di seret Fuma, Julie-sensei dan Yamaguchi-sensei dari ruang kelasnya untuk di suntik difteri. Hasilnya?

Dia teriak-teriak kayak orang yang mau di gantung. Selesainya Sho nyaris kayak bocah mau nangis abis di pukulin sama emaknya, sebelum Ayaka beliin dia rollcheese cake. Bocah emang.

Jun mendelik. "Aku enggak kayak kalian ya baru di suntik udah nangis-nangis."

Yang tuan muda emang beda ya.
"Alesan aja kau Jun!"balas Nino sewot. Di sini Nino yang paling enggak terima kalo Jun enggak ada acara merengek-rengek seperti mereka.

"Hei, itu kenyataa—WADAW!"

Jun menjerit kesakitan saat seseorang menepuk bekas suntikannya. Cowok itu mendelik kearah Ohno yang ternyata diam-diam jahil.

"Sakit tau! Apa-apaan sih!"

Dengan wajah tanpa dosanya, Ohno memalingkan wajah kearah teman-temannya yang lain. "Tuh, Jun kesakitan gitu. Cuma dia sok kuat."

Jun menyipitkan matanya kearah keempat teman-temannya ini. "Awas ya kalian berani-berani—"

PLAAK!

"ADUH!"

PLAK!
PLAK!

Nino, Ohno, Sho dan Aiba segera kabur sebelum Jun yang sedang meringis kesakitan mengejar mereka.

"—ADUHDUHDUH! KALIAN! AWAS YA!"teriak Jun membuat sekitarnya memandanginya aneh.

Cowok itu segera berlari mengejar keempat anak-anak SMA yang sedang berusaha menjauh dari Jun.

------

Btw, Happy Birthday, Jun! Udah 35 tahun si om ya. Wishnya yang baik-baik aja ya. ^^

See you. Xx 💕

[✓] Keberadaan Yang Tak Tergantikan (Drabble/Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang