To My Homies ➡Miles Away

87 6 0
                                    

An oneshoot story for celebrate ARASHI Anniversary 18th 🎉🎉
16 September 2017























Sore itu, sepulang sekolah, kelima siswa dengan kepribadian yang berbeda-beda itu tengah dalam perjalanan pulang menuju rumah masing-masing.

Salah satu di antara mereka yang tengah sibuk melihat-lihat pemandangan dari jendela kereta, tiba-tiba saja berujar spontan.
"Kalian ada rencana nggak hari ini?"tanya siswa tahun kedua SMA bernama Masaki Aiba itu sembari memasang wajah bosan.

"Aku mau beres-beres lemari."Siswa tahun pertama SMA dengan wajah tampan dan penampilan fashionable itu menjawab lebih dulu.

"Aku mau belajar buat UN."Siswa tahun terakhir SMA dengan wajah selalu mengantuk itu menjawab setelahnya.

"Aku mau nyelesain game di rumah."Siswa tahun pertama SMA dengan wajah khas yang tengah sibuk dengan DSnya itu, menjawab lagi.

"Aku ada tugas dan mau makan sisa roll cheese cake di kulkas tadi malem."Siswa tahun kedua SMA berkacamata yang tengah membaca buku ekonomi itu menjawab dengan santainya.

Ke empat temannya yang lain mengalihkan pandangan kearah siswa bernama Sakurai Sho yang tengah tenggelam dalam dunia bacaannya. Murid teladan.

Sho sadar, dia terus di perhatikan. Dia mendongak dan melihat kearah teman-temannya. "Apa?"

Aiba menghela napas. "Mattaku... Ayolah, kita sudah jarang berkumpul seperti dulu sejak riida kelas tiga."gerutu Aiba dengan wajah sebalnya.

"Halah, dia mah nggak pernah belajar buat UN, kerjaannya cuma mancing sama ngegambar mulu."kata Ninomiya Kazunari, cowok berwajah khas yang tengah main dengan DSnya.

"Kayak nggak tahu Riida aja, sih, ba. Dia kan mancing berkedok belajar UN."kata Matsumoto Jun, cowok tampan dengan penampilan fashionablenya.

"Ah, iya juga."balas Aiba

Ohno Satoshi, cowok berwajah selalu mengantuk itu cengengesan.

"Ayolah! Kita ngumpul-ngumpul sebentar aja. Bosen nih di apato mulu."kata Aiba lagi, berusaha membujuk teman-temannya yang lain.

Melihat wajah memelas Aiba, ketiganya jadi nggak tega. Akhirnya mengiyakan aja, daripada bocah miracle boy itu ngambek.
Kalo ngambek kan, mereka juga yang repot karena Aiba ini kalo lagi ngambek ngomongnya belibet-libet udah kayak orang kumur-kumur. Bukannya ngeri, malah jadi pada nggak bisa berhenti ketawa.

Kan masalah kalo kotak tertawa mereka pada rusak, nanti nggak ada yang menertawakan kekonyolan mereka dong.

"Btw, di rumahnya siapa? Rumah gue habis kebakaran, nggak bisa di singgahi."kata Nino dengan santainya.

Ketiganya mendengus dan berdecak sebal. "Bilang aja rumah lu berantakan, neen. Lu nggak mau repot beres-beres kan!?"gerutu Jun dengan jengkelnya. Dia memang sudah sering mendengar alasan nggak masuk akalnya Nino kalo mereka ada rencana mau ngumpul. Ada ajaaa alesannya. Emang dasarnya bocah pelit.

Nino cengengesan. Dia mengacungkan jempolnya dengan setuju.

"Tau aja lo."

Ketiganya berpikir lagi. Aiba menjentikkan jarinya. "Gimana kalo rumah Riida?"

"Rumah gue banyak ikan. Penuh."

Krik...
Keduanya mengerjap dengan malas.

"Ini ada lagi alesannya. Emang rumah lo laut ya, no?"kata Jun dengan jengkel. Astaga. Bisa gila dirinya menghadapi teman-teman seperti ini.

[✓] Keberadaan Yang Tak Tergantikan (Drabble/Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang