• Artha #26 •

311K 27.6K 1.6K
                                    

Happy reading.

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sherin yang sedang mengerjakan tugas mengernyit penasaran tatkala matanya melihat Agatha melewati kamarnya, pintu kamar memang sengaja Sherin buka hampir setiap malam sebelum tidur.

Dengan dibukanya pintu kamar, Sherin berharap bahwa Agatha akan datang ke kamarnya dan mengajaknya berbincang, atau sekadar tersenyum saat lewat. Entahlah, ia masih sangat menginginkan sebuah hubungan yang baik antara ia dan Agatha. Karena hubungan mereka sekarang begitu ... kacau. Seolah tidak ada secercah kepedulian, ditambah sifat Sherin yang mudah gugup membuat segalanya terasa sukar.

Mungkin lebih baik jika mereka seperti anjing dan kucing, selalu bertengkar setiap harinya, tetapi memiliki rasa peduli yang tinggi nantinya. Saling mendiamkan seperti ini jauh lebih buruk, membuat jurang pemisah antara keduanya semakin lebar hingga sulit dipersatukan lagi.

Sherin sebenarnya merasa sangat penasaran ke mana Agatha akan pergi malam-malam seperti ini, apalagi dengan penampilan secantik itu. Tubuh Agatha dibalut atasan abu-abu tanpa lengan dan rok selutut berwarna putih tetapi berwarna abu-abu pada ujungnya.

Agatha menata rambutnya sedemikian rupa hingga menambah kesan kecantikannya. Sherin tersenyum kecut, Agatha pasti akan pergi dengan Arkan, sebab keduanya dekat akhir-akhir ini. Sherin iri, tentu saja. Tetapi ia memilih diam, tersakiti sendiri. Mungkin memang lebih baik seperti itu.

Sherin sudah memilih untuk move on dan tidak menyukai Arkan lagi, tetapi sangat sulit mengubur perasaan terhadap orang yang sudah kita sukai sejak lama. Apalagi saat ini Sherin sedang dalam masa suka-sukanya dengan Arkan setelah cowok itu sempat mengantarkannya pulang.

Sherin meletakkan pulpen di atas meja belajar dengan enggan, rasa pusing yang mendera dan tubuhnya yang lemas terasa lagi. Ini bukan hal baru bagi Sherin, sebab keadaan seperti ini biasa dialaminya setelah melakukan transfusi darah. Kadang-kadang Sherin merasa hal itu tak berguna, karena ia tetap saja tidak akan sembuh.

Seringkali Sherin merasa iri kepada Agatha. Bagaimana cewe itu bisa begitu sehat, begitu cantik, begitu bebas, begitu aktif dan begitu... dekat dengan Arkan.

Sherin mendesah, bagaimanapun juga ia harus mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepadanya.

Sherin harus bersyukur bahwa meskipun ia mengidap Thalasemia minor, dirinya masih bisa menghirup napas dengan baik. Sherin harus bersyukur meskipun ia tidak dekat dengan orang yang ia sukai, dirinya masih mempunyai hubungan dekat dengan kedua orang tuanya.

Tetapi justru poin kedua yang agak tidak enak dalam hatinya, karena hal itulah Agatha membenci dirinya, karena seluruh perhatian orang tua mereka jatuh pada Sherin, dan Agatha merasa dikucilkan.

Sherin mendesah lagi, memilih menutup buku dan berdiri, menutup pintu kamar dengan gerakan lamban. Kemudian menghampiri tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana, mencoba tidur untuk sejenak melupakan masalah yang membuat kepalanya terasa semakin pusing.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang