Udah siapin hati untuk baca?
***
Agatha menahan napasnya ketika melihat siapa orang itu. Dia Sherin, senyumnya tampak kaku, jelas karena terlalu ragu berbuat demikian.
"Ha-hai," sapanya.
Sejujurnya, Agatha tidak tahu harus merespon seperti apa. Alhasil, ia hanya maju selangkah, semakin mendekati Sherin. "Kenapa?"
Sherin menggigit bibir bawahnya, sedangkan tangannya meremas-remas roknya sendiri. "Gue ke sini mau menyampaikan banyak hal, Tha."
"Ya udah, ngomong aja," balas Agatha cepat.
Sherin mengangguk. "Yang pertama, gue mau ucapin selamat karena lo udah nemu keluarga yang memang seharusnya ketemu dari dulu. Gue harap, lo bisa jauh lebih bahagia dengan tinggal sama mereka."
Melihat Agatha yang diam saja, Sherin artikan sebagai tanda bahwa Agatha masih bersedia mendengarnya untuk menyelesaikan ucapannya.
"Dan, yang pasti dan emang harus gue lakuin adalah minta maaf sama lo. Selama ini, lo nggak bisa ngejalanin hidup seperti yang seharusnya karena ada gue, yang bener-bener nyusahin.
"Maaf kalo selama ini keadaan di rumah selalu bikin lo nggak nyaman dan merasa tersisihkan, gue nggak mau hal kayak gitu terjadi, tapi gue terlalu lemah untuk ngelawan Mama dan Papa."
Sherin menunduk, suaranya semakin lirih. "Gue juga mewakili Mama dan Papa mau minta maaf sama lo, maaf kalo perlakuan mereka yang nggak dalam batas wajar. Sebenernya, gue udah minta mereka ikut ke sini, tapi mereka nggak mau. Mungkin malu."
E
ntahlah, Agatha tiba-tiba ingin tersenyum geli mendengar asumsi Sherin di akhir kalimatnya.
"Dan yang terakhir, gue mau bilang terima kasih banyak karena selama ini lo udah bisa bersabar, dan sekarang adalah hasilnya, lo bisa bahagia. Gue juga bilang makasih atas keputusan soal mencabut tuntutan Papa, itu sangat berarti buat gue dan Mama."
Agatha menatap mata Sherin yang memancarkan ketulusan tanpa pura-pura, ia mengangkat bahunya. "Gue cuma nggak mau ribet."
"Sekali lagi, makasih, Tha. Mungkin, cuma segitu aja. Gue nggak mau ganggu waktu lo lebih banyak lagi. Semoga lo makin bahagia."
Sherin tersenyum, dia berbalik dan hendak melangkah pergi. Akan tetapi, Agatha mengucapkan sesuatu yang membuat langkah Sherin terhenti.
"Lo juga."
Sherin sontak tersenyum lebar. "Terima kasih."
Sampai Sherin pergi dan menghilang dari pandangan usai dia berbelok setelah dia melewati gerbang pun, Agatha masih diam di tempat, menyadari suasana hatinya yang justru terasa lega. Tidak seperti yang ia duga, tidak ada perasaan jengkel atau marah.
Mungkin, memaafkan rasanya memang seringan ini.
***
Eits. Ini bukan Chapter terakhir ya muehehehe. Ada chapter selanjutnya alias ending.
Tapi, udah siap bacanya belum?
Vomment sebanyak-banyaknya biar langsung update ya wkwk. See you 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cowok dengan mulut sepedas cabai, sangat pintar menari serta memiliki fisik yang menawan, setengah cantik dan setengah ganteng. Agatha menjuluk...