Tanpa kamu minta pun, raga ini selalu ada untuk menjagamu. Tak terikat waktu, tanpa ragu.
Arkan Alano Navvare.
***
Sherin melangkah ke dekat gerbang dengan langkah lambat. Ia memang baru mengirim pesan kepada ayahnya, jadi pasti ayahnya tidak akan datang dalan waktu empat atau lima menit saja.
Tio, ayah Sherin sempat menanyakan soal Agatha di sekolah. Sherin terpaksa berbohong soal ia yang tidak tahu-menahu, soal ia yang tidak pernah melihat Agatha di sekolah. Padahal ia sering melihat cewek itu bersama dengan Arkan.
Sherin berdiri di dekat gerbang dan pos satpam sekolahnya, menunduk untuk memperhatikan tali sepatunya yang mulai kotor.
Sherin tidak pernah kuat berdiri terlalu lama, sebab kepalanya akan terasa berat dan sakit. Sesekali ia bersandar ke dinding atau menarik napas dalam-dalam.
Saat menatap satu demi satu siswa yang pulang melewati gerbang, Sherin melihat Agatha melangkah ke arah pos satpam. Ia memilih untuk diam saja, toh Agatha tidak akan senang jika dia ajak bicara.
Namun, Sherin tiba-tiba teringat sesuatu yang membuat matanya membulat sempurna. Ayahnya akan datang, dan itu berarti dia akan melihat Agatha.
Belum sempat Sherin memikirkan solusi yang dapat ia lakukan, seseorang memanggilnya. Dia Tio, ayah Sherin.
Tio menoleh ke arah Agatha berdiri tadi, Sherin juga melakukan hal serupa. Namun, sudah tidak ada Agatha di sana, mungkin dia langsung lari kala melihat Tio.
Tetapi, ucapan Tio selanjutnya membuat jantung Sherin berdebar lebih keras.
"Kamu lihat Agatha tadi berdiri di sana? Papa tadi lihat."
Sherin menjawab meski terbata, "Ng-nggak, aku nggak liat siapa-siapa. Papa pasti salah liat."
"Nggak, Papa nggak salah lihat." Tio membalas keukeuh. "Tadi Papa lihat Agatha, cuma dia buru-buru kabur."
Tio memarkirkan motornya di dekat pos satpam, berbicara sebentar kepada Pak Supri soal menitipkan motornya sebentar.
"Pa-Papa mau ngapain?"
"Papa mau cari Agatha." Sherin sontak menggeleng kuat-kuat. "Nggak, Agatha kayaknya nggak sekolah hari ini, Sherin nggak liat dia seharian."
Tio justru menggeleng. "Itu cuma perasaan kamu, Papa akan cari dia."
"Tapi, Pa—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha (SUDAH TERBIT)
Fiksi RemajaPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cowok dengan mulut sepedas cabai, sangat pintar menari serta memiliki fisik yang menawan, setengah cantik dan setengah ganteng. Agatha menjuluk...