Tiap detiknya waktu berseru, soal berjuta arti dirimu bagiku, soal rasa yang tak terhenti bagai detak jantungku yang bertalu-talu.
***
Agatha terbangun di tengah malam. Lampu yang terang benderang sempat membuat kedua matanya perih, alhasil lama sekali ia memejam hingga matanya itu membuka sempurna.
Tenggorokannya terasa kering, alhasil Agatha duduk di atas tempat tidurnya itu dan mengembuskan napas perlahan. Tangan mungilnya meraih gelas air putih di nakas, lalu meminumnya.
Pandangan Agatha beralih dari gelas itu ke dua orang cowok yang kompak memejamkan mata damai. Ada Aland yang tidur dengan posisi duduk dan bersandar ke sofa, sedangkan Arkan tidur dengan posisi kepala berada di atas paha kembarannya itu.
Memang, Aland datang sendiri ke ruangan Agatha di rumah sakit bersama dengan kegaduhan yang ia buat seperti biasa. Awalnya, Arkan jelas menolak dan meminta Aland pulang saja. Namun, tidak akan ada yang bisa menahan Aland jika dia sudah berkeinginan untuk dekat-dekat dengan Arkan.
Arkan akhirnya setuju setelah mengerti bahwa mood Aland sebenarnya sedang buruk, cengiran khas cowok itu tak dapat menipunya.
Senyum Agatha perlahan terbentuk. Dalam hatinya, ia sangat bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan Arkan. Sangat bersyukur. Tidak bisa ia pikirkan apa yang akan terjadi jika Arkan tidak pernah hadir dalam hidupnya.
Mungkin, menganggap Arkan sebagai matahari dalam hidupnya yang kelam tidak akan berlebihan.
Agatha kembali berbaring, kini menghadap ke arah di mana kembar Alano tidur.
Awalnya Agatha berniat ingin kembali ke alam mimpi saja, namun pikirannya yang kini ramai tak menginginkannya. Agatha mulai berpikir tentang apakah ayahnya akan datang ke sini dan menyeretnya pulang, lalu beralih ke neneknya, keluarga lain yang ia miliki.
Samudra berkata bahwa keluarganya itu antusias menyambutnya, tetapi Agatha malah berkubang dalam ragu, takut itu tidak benar adanya.
Namun, Agatha mencoba mempercayai ucapan calon mertuanya yang masih super ganteng itu.
Kemudian, tiba-tiba saja Agatha teringat tentang Sherin. Bagaimana keadaan cewek itu sekarang ya?
Agatha mendengus, merasa percuma memikirkan hal tersebut. Mungkin, kali ini ia seharusnya memikirkan dirinya sendiri. Ia berhak bersikap egois setelah sekian lama mengalah.
Agatha mendesah pelan, lalu menaikkan selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya. Ia berbisik, meski tentu tak akan didengar siapa pun di sana, "Good night, Alano."
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha (SUDAH TERBIT)
Teen FictionPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cowok dengan mulut sepedas cabai, sangat pintar menari serta memiliki fisik yang menawan, setengah cantik dan setengah ganteng. Agatha menjuluk...