• Artha #45 •

243K 26.8K 5.3K
                                    

Kalo masih ada yang ngomen nggak nyambung tentang gue, gue bacok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo masih ada yang ngomen nggak nyambung tentang gue, gue bacok.

Arkan Alano Navvare

***

Sherin menutup buku catatannya dan beralih untuk mencengkeram rasa sakit yang menyerang kepalanya.

Pusing yang mendera mungkin sudah Sherin anggap sebagai teman, saking seringnya datang dan menyerangnya tanpa ampun.

Ia meletakkan buku tadi di atas meja, berjalan keluar kamar dengan lambat dan menghela napas setelah berhasil melangkahkan kaki keluar dari area kamarnya. Ia menoleh, menatap pintu kamar Agatha yang tertutup rapat-rapat.

Tetapi pemiliknya tidak ada di sana.

Sejak kejadian Arkan datang dan membawa Agatha pergi, cewek itu tidak kembali lagi. Membuat kedua orang tuanya uring-uringan dan bingung sendiri.

Namun, hal itu justru disyukuri Sherin. Jika Agatha pergi, dia tidak harus melakukan apa yang tidak dia inginkan.

Agatha tidak harus mendonorkan darah kepadanya, tidak harus merasakan sakitnya diabaikan, tidak harus merasa sendirian lagi.

Selama ini Sherin sudah berusaha untuk melarang ayah dan ibunya untuk memperlakukan Agatha sedemikian rupa, tapi dia tetap saja kalah karena tekanan mereka terlalu besar.

Jika Sherin tetap pada pendiriannya itu, maka Angel akan membentaknya dan mengatakan sesuatu yang menyayat hati tentang Agatha.

"Papa kamu bawa dia dulu karena dia memang berguna buat kamu, Sherin. Itu alasan dia hidup."

Sherin refleks menggeleng, tidak menyetujui apa yang menjadi pemikiran ibunya. Menurut Sherin, pikiran itu sangat tidak berperikemanusiaan.

Agatha layak hidup lebih baik, mendapatkan kasih sayang orang tua seperti yang seharusnya, mendapatkan kamarnya yang besar, mendapatkan sedikit saja perhatian dari ayahnya.

Namun, jika ia masih hidup, itu tidak akan pernah terjadi.

Sherin beberapa kali berpikir untuk mengakhiri hidupnya saja. Tetapi, perkataan Siti, temannya membuat Sherin langsung mengurungkan niatnya itu.

Bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dibenci Tuhan. Seberat apa pun cobaan yang dihadapi, tidak akan memberatkan jika kita ikhlas dan fokus untuk mencari solusi dari masalah itu sendiri. Bukan malah sibuk berkeluh-kesah sana-sini.

Meski hidup dengan penyakit yang kapan saja bisa merenggut nyawanya, Sherin selalu berusaha untuk bersyukur. Setidaknya Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang