Happy reading.***
Agatha berdiri di luar kelas Arkan dengan tote bag berisi hadiah untuk cowok itu di tangannya. Ada perasaan gugup yang membuat Agatha menggigit bibir bagian bawahnya tanpa sadar, atau meremas-remas tali tote bag itu. Untung saja Agatha tidak sampai mencakar-cakar tembok.
Beberapa orang siswa sempat menyapanya, tetapi Agatha malah mendelik ketika cowok-cowok itu melihat ke arah yang tidak-tidak. Awas saja, ia akan adukan mereka ke Arkan.
"Eh tapi si Arkan ke sini nggak naik sepeda lagi tapi pake motor gede. Keren gila!"
Agatha menoleh saat telinganya menangkap pembicaraan dua orang siswi yang kini tampak heboh membicarakan Arkan. Yang satu sampai menggigiti tumpukan buku yang ia bawa, lalu berhenti ketika tersadar itu milik teman-teman sekelasnya. Sedangkan yang satu lagi berseru gemas tentang Arkan, yang membuat Agatha mengernyit tidak suka.
"Iya ih! Gue baru nyadar kalo Arkan nggak kalah keren dari Aland! Soalnya dia udah nggak pake sepeda lagi."
Agatha mendengus sebal, jadi mereka menilai Arkan keren hanya dari motornya? Dengan langkah gedebak-gedebuk Agatha menghampiri mereka dengan mata melotot.
"Heh kutil biawak! Ngaca dong jadi cewek! Lo nilai cowok dari apa kendaraan yang dia bawa? Basi!"
Entah mengapa Agatha begitu emosi ketika orang-orang sampai menilai Arkan seperti itu.
Tetapi dua siswi itu malah bengong saat Agatha melabrak mereka berdua, tidak mengerti mengapa dia harus seperti itu.
"Lo kenapa sih, Tha?" tanya salah satu dari mereka, bingung.
"Kalian tipe cewek yang nilai cowok dari materi yang dia punya?" tanya Agatha dengan nada menusuk. Mungkin kalau ucapan bisa berpengaruh secara fisik, dua cewek itu telah terbelah badannya gara-gara pertanyaan Agatha yang lebih tajam dari omongan Arkan.
"Dari gantengnya dulu lah, Tha. Terus duitnya."
"Terus menurut lo Arkan nggak ganteng gitu sampe-sampe lo demen setelah dia bawa motor ke sekolah?"
"Menurut gue sih nggak terlalu, dan lo harusnya tahu kalo cowok bermotor bagus atau bermobil keren lebih menarik perhatian cewek."
Agatha berdecih. Kalau mereka suka laki-laki berkendaraan bagus, mengapa mereka tidak menyukai dealer mobil dan motor sekalian?
Lagipula, Agatha sudah menyukai Arkan sejak cowok itu masih memakai sepeda. Jadi pemikiran mereka benar-benar sempit.
"Matre," cibir Agatha.
Salah satu dari mereka memutar bola matanya malas. "Terus lo akhir-akhir deketin Arkan buat apa? Gue yakin pasti buat porotin duit dia kan?"
Agatha menatap cewek itu dengan marah, emosinya sudah naik hingga ke puncak. Ia sudah seperti bom yang akan meledak untuk beberapa detik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha (SUDAH TERBIT)
Teen FictionPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cowok dengan mulut sepedas cabai, sangat pintar menari serta memiliki fisik yang menawan, setengah cantik dan setengah ganteng. Agatha menjuluk...