Sherin sedang mengganti buku di tas dengan buku yang akan ia bawa besok ketika mendengar dehaman seseorang, berasal dari sebelah kanan yang berarti dari arah pintu.
Terlihat Agatha bersandar di sana sambil melipat tangan di dada, alisnya bertautan dan matanya memicing seperti hewan buas yang tengah menatap mangsanya.
Sherin hanya mengerjapkan mata berkali-kali, bingung harus berbuat apa. Apa ia harus menyapa duluan? Atau justru menunggu Agatha membuka mulut?
"Gue mau nanya," ungkap Agatha setelah Sherin memilih opsi kedua dan keadaan menjadi hening selama beberapa saat.
"Tanya a-"
"Lo ke sini pulang sama siapa?" tanya Agatha to the point.
Eh? Sherin mengernyitkan dahi tidak mengerti, mengapa Agatha bertanya seperti itu?
"Kenapa emangnya?"
"Jawab aja," balas Agatha cepat, ada nada mendesak di sana.
"Karena Papa nggak dateng-dateng, nggak balas pesan aku dan ternyata ketiduran di sofa lantai satu, jadi bareng sama ... temen."
Agatha memutar bola matanya malas. "Namanya," tuntut cewek bertubuh langsing itu.
"Mmm ... namanya Arkan."
Agatha menaikkan salah satu alis, ekspresi wajahnya tak dapat diartikan.
"Arkan?"
Sherin mengangguk.
Agatha mendengus, cepat-cepat berbalik dan meninggalkan Sherin dalam kebingungan gara-gara tingkah saudaranya itu.
Mengapa Agatha jadi terlihat kesal ketika Sherin menyebut nama Arkan? Ia benar-benar tidak mengerti.
Kepergian Agatha membuat Sherin mendesah pelan, lalu kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda. Padahal ia berharap mereka akan berbincang-bincang akrab, walaupun hanya beberapa saat saja. Mungkin Sherin terlalu banyak berharap.
Di sisi lain Agatha membanting pintu kamarnya, berkacak pinggang dan menatap pintu seolah benda tak hidup itu adalah seseorang. Dengan 'penuh perasaan' Agatha menendang pintu dua kali, menyalurkan rasa kesal di hatinya.
Entahlah, tapi ada perasaan aneh tersendiri ketika mengetahui bahwa dugaannya benar. Yakni Arkan yang mengantarkan Sherin pulang.
Apa mereka mempunyai hubungan spesial?
Agatha terkejut ketika merasa dirinya begitu ingin tahu, ia menghampiri tempat tidur dan membaringkan tubuh di sana. Menatap lurus-lurus ke dinding kusam dengan bibir mengerucut.
Mood-nya hancur sekarang.
Bagaimana bisa Sherin dengan mudahnya diantar pulang oleh Arkan sedangkan ia berbincang-bincang saja sudah dijejali ucapan-ucapan pedas? Benar-benar tidak adil.
Agatha beralih posisi menjadi terlentang, menatap langit-langit kamar seraya mendesah pelan. Mengapa tiba-tiba ia jadi overthinking akan sesuatu? Apalagi tentang cowok menyebalkan bernama Arkan. Huh.
Apa sih bagusnya Arkan sehingga Agatha begitu memikirkannya? Oke, cowok itu memang mewarisi gen sempurna secara fisik dari Samudra. Tetapi mulut pedasnya seakan sukses menghapus semua kelebihan Arkan.
Agatha menjambak rambutnya sendiri, mengapa ia jadi memikirkan Arkan lagi?!
"Duh Agatha, jangan pikirin terus itu cowok melambai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Artha (SUDAH TERBIT)
Genç KurguPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT 'Baskara dalam dunianya yang terluka.' Kalau kata Agatha, Arkan itu Cabe Man. Cowok dengan mulut sepedas cabai, sangat pintar menari serta memiliki fisik yang menawan, setengah cantik dan setengah ganteng. Agatha menjuluk...