• Artha #50 •

300K 30.1K 3.7K
                                    

Bersamamu, aku belajar melindungi apa yang kita anggap penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersamamu, aku belajar melindungi apa yang kita anggap penting.

Mulai sekarang, aku juga akan menjagamu seperti kamu menjagaku.

Agatha Aradilla.

***

"Ar, kita harus ngapain dong?"

Agatha bertanya dengan suaranya yang mulai bergetar. Sungguh, ia benar-benar khawatir dengan siapa yang mencoba membuka pintu yang sedang Arkan mati-matian tahan handle-nya agar tidak terbuka.

Memang tidak ada kemungkinan pasti bahwa orang di luar adalah Tio, Ayah Agatha, namun di saat-saat seperti ini mereka tidak bisa berpikir jernih. Selalu saja kemungkinan buruk yang menghampiri kepala.

Agatha menarik dan membuang napas berkali-kali dalam-dalam, lalu diam sejenak karena merasa ia seperti ibu hamil yang sedang kontraksi.

"Lo diem aja," balas Arkan. Cowok itu masih menahan handle pintu, bersamaan dengan itu terdengar suara seperti pintu yang diketuk berkali-kali.

"Kok gue khawatir, sih," gumam Agatha, cukup pelan. Tetapi​, karena jarak mereka dekat, Arkan dapat mendengarnya.

"Lo nggak usah khawatir. Lagian, bukannya gue udah bilang kalo lo mending diem?" Arkan berucap ketus dengan setengah berbisik, alisnya bertautan, macam Angry Bird.

"Iya-iya." Agatha mendesah sangat pelan, ingin membantu Arkan yang masih berusaha keras. Tenaga orang di luar pasti sangatlah besar.

Melihat Arkan yang begitu gigih dan tak menyerah seperti itu, Agatha merasa bersalah. Jika bukan karenanya, Arkan tak mungkin terseret ke dalam masalahnya seperti ini, Arkan tak mungkin capek-capek melindunginya seperti ini.

Meski Agatha sangat menghargai sikap Arkan ini.

Oke, biarkan Agatha berkubang dalam sifat perempuan yang paling menyebalkan. Plin-plan.

Di satu sisi ia senang Arkan membantunya, tetapi​ di sisi lain ia tidak ingin membuat cowok itu susah.

Akhirnya setelah beberapa saat berlalu, Agatha memutuskan sesuatu, soal Arkan yang membiarkan pintu ini terbuka.

"Ar, buka aja."

Arkan menoleh, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa dia tidak setuju. "Lepas? Lo gila, ya? Nggak!"

"Ar, udah lepas aja."

"Kalo di luar ini bokap lo gimana? Lo bisa dibawa pulang!"

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang