• [Bonus] : Aland-Arkan 04 •

203K 17.4K 5.5K
                                    

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aland membuka matanya seketika saat suara petir terdengar. Disusul suara rintik-rintik hujan yang jatuh menghentak, tanpa ragu menyentuh tiap inci bumi beramai-ramai.

Ia menguap lebar, merentangkan tangan, bermaksud meregangkan otot-ototnya.

Aland bukan anak kecil yang penakut. Ia berani tidur dengan keadaan cuaca tidak baik seperti itu. Karena menurutnya, ia aman tidur di rumahnya yang kokoh ini.

Namun, Aland teringat seseorang.

Arkan. Kembarannya itu sangat penakut dan cengeng.

Meski sangat mengantuk, Aland mengubah posisinya. Dari semula tidur terlentang ditutupi selimut sebatas dada, beralih ke duduk di atas tempat tidurnya yang empuk.

"Alkan tidulnya nyenyak nggak, ya?" gumam Aland. Ia khawatir.

Usai menguap sekali lagi, Aland agak menyamping dan membawa boneka favoritnya. Sebuah boneka berbentuk dinosaurus.

Karena menurut Aland, boneka itu sama garangnya dengan dirinya sendiri.

Aland turun dari tempat tidur sambil membawa boneka itu. Berjalan dengan langkah-langkah kecil menuju pintu.

Ia menekan tombol di sebelah kanan, dan pintu itu otomatis bergeser. Aland melewatinya sambil celingak-celinguk karena lampunya mati.

Aland bertepuk tangan sebanyak dua kali, lampu itu otomatis menyala.

Tanpa merasa takut dengan suara petir yang masih menggelegar, Aland berjalan menuju kamar di sebelah kamarnya. Kamar Arkan.

Mereka memang tidur terpisah sejak umur tiga tahun. Samudra sengaja melakukan itu agar mereka terbiasa sendiri-sendiri. Sayangnya, apa yang dia lakukan nyatanya kurang berhasil.

Sebab, Aland selalu keras kepala dan diam-diam pergi ke kamar Arkan di tengah malam lalu tidur bersama kembarannya itu.

"Alkan?" panggil Aland begitu ia masuk ke dalam kamar.

"Alkan?" panggil Aland begitu ia masuk ke dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang