• Artha #42 •

249K 26.2K 3.1K
                                    

Aku menangis untuk menumpahkan emosiku, menurunkan seluruh egoku, dan berusaha membuang kelemahanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menangis untuk menumpahkan emosiku, menurunkan seluruh egoku, dan berusaha membuang kelemahanku.

Agatha Aradilla.

***

Agatha berusaha seolah biasa saja saat Arkan pulang sekolah. Padahal, dia sangat menunggu waktu itu. Di mana ia akan melihat Arkan lagi, di mana ia akan menatap manik tajam itu kembali.

Sebelumnya, Agatha sudah menceritakan apa yang terjadi padanya begitu saja kepada Lalisa, meski hanya garis besarnya saja. Entah dorongan darimana, tetapi rasanya nyaman begitu Agatha bercerita.

Kadang-kadang Agatha merasa bahwa Lalisa itu adalah ibunya, benar-benar ibunya.

Mungkin ini efek Agatha yang terlalu merindukan ibunya yang telah meninggal. Ibunya yang kehilangan nyawa dalam kejadian mengerikan itu.

Bahkan kalau bantuan tidak segera datang, mungkin Agatha juga akan bernasib sama dengan ibunya, tidak tertolong.

Ada satu hal yang disyukuri Agatha. Arkan tidak mencecarnya dengan beragam pertanyaan saat dia pulang, tidak pula menatap penuh selidik serta penuh penasaran. Arkan hanya diam, tetapi Agatha dapat mengetahui bahwa cowok itu sesekali menatap dengan awas, seolah sedang mengawasi dan melindungi dari setiap kemungkinan yang ada.

"Aku ngerepotin ya di sini? Mungkin mendingan aku pulang aja," ucap Agatha saat melihat Lalisa yang tadi berseru panjang lebar dengan ponsel ditempelkan ke telinga.

"Eh? Nggak, Sayang, kamu nggak ngerepotin kok," balas Lalisa.

"Justru Mama seneng karena ada kamu di sini, Arkan juga pasti seneng."

"Kenapa bawa-bawa aku?" sengit Arkan.

"Udah diem." Lalisa mengangkat tangan, bermaksud menghentikan ucapan Arkan. "Nyatanya kamu emang seneng Agatha di sini."

Arkan mendengus, lalu menekuni ponselnya lagi. Namun, sesekali matanya melirik Agatha yang duduk di seberangnya.

"Nanti Papa aku pasti nyari," kata Agatha lagi.

Lalisa mengibaskan tangan. "Itu urusan gampang. Kami pasti ngelindungin kamu, kok. Samudra banyak duitnya, banyak koneksinya, pasti bisa misahin jarak kamu sama ayah kamu."

Agatha menunduk, memainkan ujung kaus dengan gusar. "Terima kasih," lirihnya.

"Omong-omong, kamu punya keluarga lain nggak? Nenek, paman, bibi atau siapa pun yang sekiranya bisa jagain kamu."

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang