• Artha #33 •

238K 23.6K 907
                                    

Gue nggak keberatan buat ngehadapin apapun yang nggak mengenakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue nggak keberatan buat ngehadapin apapun yang nggak mengenakkan.
Selama ada lo, gue bakal tetep strong.

Agatha Aradilla.

***

Mungkin, dalam 17 tahun hidupnya Agatha tidak pernah sereligius ini. Ia tak henti-hentinya mengucapkan istighfar hingga doa mulai dari doa mau makan sampai mau tidur.

Saking takutnya, ia memilih mengucapkan semuanya saja. Yang penting ia sudah berdoa.

"Arkan lo mau bikin gue pingsan atau gimana, sih, kok ngebut banget?!" seru Agatha sembari memeluk Arkan lebih erat lagi, menjadikan punggung Arkan sebagai pelindung dari kencangnya angin yang berembus.

Arkan tidak menjawab, lagipula tidak ada gunanya menanggapi ucapan Agatha. Yang penting sekarang adalah mereka harus cepat-cepat sampai ke sekolah karena mereka sudah hampir terlambat.

Semua ini karena Arkan harus mengantarkan Agatha kembali padahal mereka sudah setengah jalan menuju sekolah, sebab cewek itu lupa mengambil seragam olahraganya.

Dasar pikun, cibir Arkan beberapa saat yang lalu.

Selain itu, Agatha cukup repot mengalihkan perhatian Arkan karena ia mencoba masuk ke rumahnya​yang benar tetapi cowok bermulut pedas itu terus memperhatikannya. Seakan Agatha akan terbang tertiup angin jika tidak diperhatikan baik-baik.

"Ya Allah maaf kalo aku banyak salah, maaf kalo aku banyak dosa tapi selamatkan kami ya Allah! Aku masih mau hidup, utang aku ke Bu Asturi belum dibayar, aku masih mau nikah, aku masih ma-"

"Bacot!"

Arkan sudah tidak tahan lagi dengan Agatha yang berisik apalagi semua perkataan cewek itu terasa sangat dekat dengan telinganya.

Apalagi keadaan lalu lintas yang tidak begitu lancar membuat motornya sulit melaju kencang, padahal waktu sudah menunjukkan pukul tujuh yang berarti gerbang sekolah sudah ditutup.

Berkali-kali Arkan menyalip kendaraan lain, berkali-kali pula ia hampir menabrak mereka. Yang berakhir dengan Agatha memekik seperti anak kucing yang terinjak ekornya.

Setelah melewati perjalanan yang sangat menguras tenaga, pikiran hingga emosi mereka akhirnya tiba di depan sekolah di mana gerbang tentu saja sudah tertutup. Arkan berdecak sebal, tidak mungkin jika harus menabrakkan motornya ke gerbang itu.

Agatha anteng-anteng saja, toh ia sudah sering terlambat dan dihukum oleh guru piket ataupun guru BK yang sekarang sudah muak dengan kelakuan cewek itu.

"Gara-gara lo!" seru Arkan dengan rasa kesal yang mulai memuncak. Kalau kepalanya adalah gunung berapi, mungkin kepalanya itu sudah meletus.

"Kok jadi gue, sih?"

"Ya iyalah!"

Agatha mengangkat bahu, seolah tidak peduli. Ya bodo amat, yang penting dia sudah melewati waktu-waktu bersama Arkan.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang