• Artha #19 •

301K 27.4K 3K
                                    

Arkan sedang menonton sebuah video di ponselnya ketika pintu terbuka, ia mendongak untuk melihat siapa yang membuka pintu, ternyata Aland yang masuk dengan pakaian tidurnya. Yakni berupa kaus polos berwarna abu, meskipun biasanya putih, serta celana pendek.

"Lo jadian sama Agatha?"

Arkan mengernyit, mengapa pertanyaan semacam ini terdengar dua kali dalam satu hari? Yang pertama dari ibunya yang bertanya dan menyangka ia jadian dengan Agatha, dengan cara mengetahui yang tidak etis pula. Itu menganggu privasi, tentu.

Dan sekarang, Aland menanyakan hal serupa. Ekspresi di wajah kembarannya itu tampak penasaran​, sekaligus menahan geli yang sayangnya tidak begitu berhasil. Ujung bibir Aland seakan bergetar dan akan tertarik ke atas sedetik kemudian.

"Nggak lah. Mit amit gue kalo sampe jadian sama itu anak ayam," balas Arkan sengit.

Aland tertawa, ikut menelungkup di atas tempat tidur. Melirik kembarannya yang masih tak melepaskan pandangan dari cuplikan video joget-joget di layar ponsel.

"Apa sih bagusnya liat plastik joget-joget?"

Pertanyaan Aland sontak mendapat reaksi keras dari Arkan, cowok itu melotot dan menjitak kepala Aland keras. "Enggak semua operasi plastik! Lagian mikir dong, oplas itu pake silikon bukan pake plastik kayak gayung sama ember! Gini nih kalo kuota cuma dipake chatting sama download film bokep doang."

Aland hanya mengangkat bahu dan menampakkan wajah tidak peduli. "Oh."

Arkan mendengus, beralih ke posisi terlentang. "Keluar dari kamer gue."

"Nggak."

Aland ikut terlentang, dengan posisi menyamping ia memencet-mencet hidung mancung Arkan dengan iseng. "Tet tet teeeett tet tet teeeeeetttt."

"Aland! Heran, sebenarnya siapa yang lahir duluan di sini, gue atau elo sih?"

"Gue lah."

"Terus kelakuan lo kenapa kayak bocah?"

"Lo yang kayak bocah, adekku sayang. Diganggu dikit aja ngambek."

"Gak ngaca, Land? Lo juga gampang hajar sana-sini kalo kalap."

Aland berdecak, memencet-mencet hidung Arkan lagi. Kurang kerjaan. "Tet tet teeeeeetttt, ada sepeda, sepedaku roda tujuh."

"Kring-kring-kring bego, bukan tet-tet-tet."

"Suka-suka gue lah, gue yang nyanyi."

Arkan mengembuskan napas perlahan, iyakan saja biar cepat. Punya abang geblek memang agak menyulitkan.

"Arkan."

"Apaan?"

"Kalo lo cewek terus bukan kembaran gue, gue pasti udah jatuh cinta sama lo."

Arkan melirik dengan ngeri, bergeser menjauh dengan tubuh bergidik geli. "Najis."

Aland berdecih. "Emangnya gue nggak najis? Itu gue bilang kalo, bukan beneran. Nyatanya kan lo punya batang dan kembaran gue, jangan suka kegeeran, nyet. Atau sebenernya lo homo terus suka sama gue?"

Arkan menjitak kepala Aland sekali lagi, lebih keras dari yang tadi. "Lo kalo mikir bisa pinter dikit kagak? Gue normal yaelah."

"Kirain."

Arkan memutar bola mata malas. "Niat lo di sini ngapain hah? Ngerecokin gue? Ganggu gue? Abang laknat ya emang."

"Gue mau bahas sesuatu, tentang lo sama Agatha," balas Aland​, lalu nyengir seperti kuda yang ketahuan buang air padahal sedang menarik delman.

Artha (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang