Bagian I

98 1 0
                                    

Gigi indah rata, walau ada bekas nikotin dan bau bibir lelaki yang pernah nangkring bercumbu memburumu ketika itu.

Namamu Pinkan? Lelaki di sampingku yang berkumis, menawar basa basi perkenalan awal. "Pinkan
tersipu malu dan pura-pura. Yah. Namaku Pinkan menyodorkan minuman "Kau cantik! Rayuan maut lelaki mulai bereaksi. Pinkan tertunduk sambil menatap buah dadanya yang hampir muncul di antara kerumunan syahwat lainnya. "Kau mau menemaniku seharian di sini? Menuangkan anggur dan membuatku jauh lebih bersemangat dari kehidupan yang sumpek ini! Pinkan duduk tanpa kata mengikuti alur dan selera lelaki berwajah penuh nafsu. Seteguk hingga beberapa teguk mereka meninggalkan tempat menuju sebuah kamar.

Namamu Pinkan juga?
Tanyaku pada seseorang yang mendekat di meja tempatku bersepakat untuk melupakan tabiat seksualitas, dan kebisingan nafas, desahan di setiap ruangan, serta seribu tetesan sperma di atas tubuh Pinkan yang lain. Bukan...Nama saya Rega! Nama yang unik, Aku baru di sini, sambil menuangkanku vodka yang lebih merayu kali ini. Sendiri? Tanya Pinkan, ehh maksud saya Rega"...
"Ya.
Kenapa?
Terbiasa saja. Jawabku seadanya, walau tak bisa kukuasai nafas dan serasa ingin segera mengajaknya ke kamar, seperti lelaki berkumis tadi dengan Pinkan yang bertubuh molek penuh perawatan.

Saya Rega, dengan pemberian dari Teman tadi Pinkan, yang awalnya sebenarnya hendak menamaiku seperti namanya. Tapi karena takut tersaingi, Pinkan menamaiku Rega saja. "Dulu semua nama memilih Pinkan, kata seseorang yang pernah ada di sini dengan nama yang sama Pinkan! Entah kenapa nama itu begitu kuat menarik semua pengunjung dan pelanggan tetap, setiap saat mereka memanggil nama Itu.

Lalu Kenapa kau ada di sini?
Sebab Nama Pinkan telah menghantuiku sejak awal ketika saya berada jauh dari keluarga, dan mencoba hal baru dalam dunia dan orang-orang mengasingkanku.
"Ooo...Kau sudah berkeluarga?
"Iya bang...Dengan senyumannya membawaku hendak sesegera mengajaknya bercinta. Ahh...

"Lalu kenapa kau ada di sini?
bukankah kau juga kau adalah Pinkan?

Matanya memudar dan tatapan terhampar keluar di ruang tempat angin dan lembaran-lembaran perjalanan hidupnya yang tak mampu di ceritakan.

"Jika kelak aku ke sini kembali, aku hanya ingin menemuimu dalam satu hal, kau telah bersamaku di dekatku dengan warna matamu hanya aku, dan namamu Pinkan!...Dia tertunduk sesaat, lalu merasakanku dengan lembut dia setuju tanpa mengucap ya dan tidak!

Ini tips untukmu, beberapa lembar uang ku serahkan sebagai tanda deal.

Bulan pecah di luar, angin mengasingkan kembali dengan geming tanpa sepata kata, langkahku kelak akan mengayun ke sini. Dan....Namamu Pinkan kan? Ketika berpapasan dengan perempuan yang mirip dancer tadi.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang