Bagian XI

12 1 0
                                    

Ada titik didih kejenuhan mengutak atik! Selaju waktu bunga-bunga sedap malam bertebar merangsangku menemui "Pinkan".

       "Kamu murung kali ini! Sambil menuangkan minuman ke gelas kecil "Pinkan menegur raut muka ini.

"Yah...Penat memikirkan hal-hal yang sepele namun terbebani. Dunia ini makin terasa hambar ya? Ku sambut tawaran suguhan. Meneguk kemesraan dan kesenjangan. Bercampur merapuh.

    "Resiku Dan! Semua punya dimensi yang mengukur kita. Pinkan sambil membelakangiku menaruh dan merapikan beberapa botol ber merk di rak cantik dan artistik. "Kemana lagi manusia macam kami mengadu dan mengeluh. Haruskah aku ke Masjid, ke Gereja, ke Surau, ke Biara, ke tempat pengajian! Lalu kembali ke sini lagi dalam lingkaran Setan dan hantu duniawi yang menyusur terhadap pola hidup yang kian terubah? Pinkan menawar percakapan kali ini, tanpa pelanggan yang seperti biasa antrian.

        " Pernah kau memungkirinya?
           Tidak...
        " Menyesali pilihan?
           Tidak
        " Kau berbohong...memaksa lebih mengakuinya.
        " Sebaik apapun aku di antara mereka dengan merekahkan senyuman, Toh saya berusaha jujur, namun...Tekanan pilihan hidup itu membawaku jauh tanpa memikirkan dampak dan rasa sesak selalu menyerangku. Pinkan menuangkan kembali dalam gelasku dan gelasnya.
        " Kita Bersulang untuk hal paling munafik yang pernah kita perbuat dan kita lakukan dan hingga  malam ini. Toss...Tawa lepas dalam keremangan yang tak terelaklan dari beberapa ancaman. Sebuah ikatan merajut menyangkut tanpa harus kami tahu mengatakannya.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang