Bagian XXXVI

4 0 0
                                    

Selaksa itu terpencar dari pasang mata Pinkan. Di Temuinya dengan perasaan penuh rasa berkecamuk. Hamparan jiwa yang lapang semoga Pinkan mampu menerka dan menyambut pinangannya dengan tak jauh berdebat.

Tiba-tiba bagai kabut turun keselasar bumi, meranggas jejak kakinya. Dan serasa terjulur membusur.Diam, bagai tafakkur. "Aku telah di sini dengan perjalanan jàuh dari perasa dan prasangka manusia. Jangan berpaling dari harapan-harapanku yang terbuang dari kawanan induk. "Danu membathin. Tak hendak mengusik dan meracau menuntur perasaannya.

" oh ya. Gimana harimu? dan si Al..apa sudah baikan? Danu mencoba lebih perhatian.
" Iya,,,setelah dari dokter, dan mulai pulih dari demamnya....Ehh,,pesan apa?
"Kopi saja. Dari tadi belum nyerupuknya.
"Pahit apa manis?
"Emm...bukankah yang menawarkan telah amat manis. Hehe...Pinkan tersenyum.

" Bisa saja. Istilah itu sudah teramat biasa. Ayo pahit apa manis?
" Hmm sepahit harapanku saja.
" Ok. Pahit yah...
" Iah kehidupan ini memang amat pahit... Sambil memperbaiki kembali posisi duduknya...
Pinkan meneguk...dan meraih bungkusan kotak...." Sebatang dan menyulutnya, menekan lalu terbakar bagai mawar yang mekar kehilangan merahnya.

Ada kecamuk di hati Danu. Antara memberanikan untuk kembali menyatakan kesiapan Pinkan, atau meredam kembali. Menunggu pada kesempatan yang saat itu telah ada. Di luar telah di hadirkan hujan membantu tanah menumbuhkan tanaman dan biji-biji kacang serta mengurai daun muda, ranting yang menjulur menandakan kuncup bunga harapan. Lalu kali ini, di temuinya pinkan. Pada sebuah ikatan. Dengan menemukan setitik saja. Baginya adalah kelegaan yang terjawab. Oleh kepetusannya yang kini memilih Pinkan. Dan terbuang dari keluarganya sebagai Pilihan yang cukup sulit bagi siapa saja. Pinkan muncul dengan senyuman khasnya. Nampak lesung si pipinya menyempurnakan raut wajahnya yang cantik. Pinggul dan bentuk lekukannya. Serasi menjadi incaran lelaki. Danu tergempas jauh ke dalam tanya dan mimpinya menjadikan Pinkan sebagai istirnya kelak.

Apakah ini adil?

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang