Di pintu magrib pun menunggui Pinkan
Kau mungkin tak bisa berandai dalam sekejap matamu terpejam, ketika remasan demi remasan, dengusan nafsu yang membara. Hingga tak terasa kau lupa sekaligus bahwa malam telah datang.
Suasana menjadi kembali ramai setelah hanya beberapa menit lengang seiring kumandan azan merayu manusia siapa saja. Pinkan belum juga membalas pesan Danu. Semungil bibirnya percakapan kami selalu saja menyertakan senyuman khasnya. Betapa terasa awamnya saya dalam menerjemahkan keinginan dan hasratnya
benarkah dia semata hanya demi rupiah dan kejar setoran cicilan dan kontrak rumah? dan seberapa parahkah Negara memperlakukan hukum dan aturan yang orang-orang papah sering kena dampak segala regulasi dan seperti ilusi yang mendominasi. Atau "Pinkan" mulai tertarik dari rangsangan ketika sensasi yang berbeda dari beberapa pelanggannya? Piuhh! Betapa bodohnya saya meraba dan merekayasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu Pinkan
RomanceGadis yang berjarak dari pohon keluarga menjadikan kediriannya tak bisa lepas dari bayang-bayang pinkan sebagai nama profesi.