Bagian XVI

8 0 0
                                    

Di pintu magrib pun menunggui Pinkan

Kau mungkin tak bisa berandai dalam sekejap matamu terpejam, ketika remasan demi remasan, dengusan nafsu yang membara. Hingga tak terasa kau lupa sekaligus bahwa malam telah datang.

Suasana menjadi kembali ramai setelah hanya beberapa menit lengang seiring kumandan azan merayu manusia siapa saja. Pinkan belum juga membalas pesan Danu. Semungil bibirnya  percakapan kami selalu saja menyertakan senyuman khasnya. Betapa terasa awamnya saya dalam menerjemahkan keinginan dan hasratnya
benarkah dia semata hanya demi rupiah dan kejar setoran cicilan dan kontrak rumah? dan seberapa parahkah Negara memperlakukan hukum dan aturan yang orang-orang papah sering kena dampak segala regulasi dan seperti ilusi yang mendominasi. Atau "Pinkan" mulai tertarik dari rangsangan ketika sensasi yang berbeda dari beberapa pelanggannya? Piuhh! Betapa bodohnya saya meraba dan merekayasa saja.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang