Bagian XV

14 0 0
                                    

Sejam kemudian, Hening yang berangsur penuh sesak dan desahan mulai bergantian di bilik serta di balik tirai.

Danu duduk melamun di sofa yang tadinua masih bersama Rega, namun karena sesuatu pelanggan datang menyergap membawanya ke bilik lain.

Hujan mengguyur hijau dan aspal,  Dedaun serta ranting bagai berbungkuk menyerupai buruh panggul di pelabuhan dengan jatah upah tak sesuai. Seperti luka pada pohondan bebatuan lenyap di balik cadar kehidupan yang tak seimbang. Atau warna lumut ganggang tanah dan kerikil, tergulung arus menuju pelanggan yang lain. Mereka hanya mendesah sakit dari tubuhnya yang di tindih terguncang penuh hasrat sedikit bengis, tak sedikit diantara meraka meringis dan menahan tangis. Aneh: ada ada saja hal perlakuan yang sekedar melepaskan tembakan dengan cara yang secara kejiwaan jauh dari cara membuat semuanya lebih ternikmati.

Danu mengharap hujan membawa segera Pinkan ke pelukan dan bersamanya di pulau tak beri dia nama.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang