Bagian II

32 1 2
                                    

Tahun Baru Hijriah pertama denganmu. Yah...Setelah beberapa bulan mengenalmu di Meja berukuran buaj dadamu. Dengan segelas minuman penghangat. Kau tawarkan sebuah alasan pada sorot matamu. Apakah hari ini juga kau libur? Pias matamu mengabaikan risalah yang menyentuh pelipis, bibir hingga relungmu! Tetapi masih saja lilitan dunia dan anacaman sita tempat bernaung, membayar SPP anakmu, susu buat si buyung, cicilan mesin cuci, serta kenduri cintamu yang mulai punah, retak terberai.

Namamu bukan Pinkan kan?
jawabanmu sederhana, senyuman khas dan menatapku nakal lagi.

"Ini Tahun baru Islam apakah kau tahu?
"Tidak!
"Kenapa?
"Memang saya tidak tahu!

Sepecah cahaya pagi, hukum Tuhan sedemikian adil dan bijaksana, mengapa kau tak hendak mau tahu? Cecarku mengejarnya.

" Aku belum siap!
"Siap untuk apa?
" Saya tidak mau menjadi hambaNya Tuhan yang mereka kenal semata hanya simbol saja. Aku tak mau mengecawakanNya. Seperti mengakuinya kepada siapa saja, apa dan bagaimana saya menjalani pekerjaan ini. Aku tak suka keberpurakan. Walau saat orang-orang menginginkanku mencumbuiku, saya pun berpura-pura. Sambil memainkan gelas dengan ujung jemarinya merambatiku dengan tersekat jawaban Pinkan! ehh maksud saya Rega, di ujung purnama ku lelang pahala itu, Sebagai pendosa yang kusengaja.

Tahun pertama hijriya. Ku dapati Pinkan menyudutkanku di ujung bibirnya yang membasahi bibirku. Ahh...Sudahlah kita sama-sama pendosa bisikmu pelan penuh khidmat.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang