Di Ruang kecil ini. Kutemukan Pinkan dengan tertunduk lesuh, kemudian menatapku kelelahan. Berapa banyak waktu semalam kau bagi? Betapa keletihan tak kau rasakan. Sebab ku hitung jemari-jemari menempel di buah dada dan sepihak tubuhmu yang lain
Kau masih saja tersenyum menakar bijak kehidupan untuk tetap terlihat segar dan masih molek. Berapa lendir berserakan di atas seprei?. Ahh...Sudahlah deretan kursi masih tersisa satu di ujung dekat tembok, di atas temaran cahaya meremang sepi yang memiliki daya tarik fantasi kenikmatan. Suasana mengalun begitu lagu Hotel "R" menyambutmu. Keluar dari kerumunan pemburu nikmat syahwat telah kau usaikan. Duduklah dan istirahatlah sejenak tanpa merubah mimik dan senyumanmu yang terlalu indah untuk melupakannya. Ahh.
.Sudahlah...dia tak peduli dengan tatapanmu. Dia menunggu pelanggan lain. Satu Botol Bir tergemgam dan tertuang tumpah si tenggorakannya yang kering. Ahh...Sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu Pinkan
RomanceGadis yang berjarak dari pohon keluarga menjadikan kediriannya tak bisa lepas dari bayang-bayang pinkan sebagai nama profesi.