Bagian XXXVIII

2 0 0
                                    

Entah suasana mengusung penanda bahasa isyarat, kemungkinan yang terjadi, Danu tak sadar, sesendu hari dan penuntunnya tidak seimbang dengan alkohol yang telah mengerayangi aliran darahnya. Warna matanya sayu tertangkup kelemahan jiwanya merayap tanpa daya. Ingatannya terhadap Pinkan tak lepas. Suhu tubuhnya bagai hormon ingin merasakan sesuatu. Rega menatap Kekasih sahabatnya dengan Penuh rasa kasihan. " Betapa Cinta membuat manusia lupa dalam kerak-kerak hati dan pikiran, daya pikatnya yang mampu merubah manusia sekejap.

"Kau mabuk Dan!?
"Hahahahaha...Aku tidak seperti yang terlihat. Mana mungkin ku pertaruhkan ini semua. Saya tak mabuk. Hanya merasa aneh dengan kejadian di kehidupan ini. Ada yang ganjil dan tak adil.

"Tidak, kau harus pulang. Rega mencoba menahan dengan cepat, ketika gelas terqkhir di tangan Danu hendak dia teguk lagi...Sudah...Sudah! Ini telah berakhir.

" Tidak...Jangan terlalu naif memberiku persepsi bahwa saya telah mabuk dan ngawur. Aku hanya ingin akur dengan diriku sendiri. Dan Rega melerai ketika Danu mulai makin lupa diri!. Setelah mampu di kuasai. Rega menyuruh Algoji memapahnya masuk di kamarnya. Tempat dan ruang beberapa Pekerja seksual mengintip payudara dan merebahkan tubuhnya yang lelah. Dan memang telah di sediakan untuk nginapdan tempat tinggal mereka yang tak punya tempat tinggal.

Suasana terkendali. Kelegaan Rega, ketika menatap tubuh Danu telah terkapar lemah di atas ranjangnya. Dan membiarkan Danu pulas melupakan kehidupan yang culas penuh cadas.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang