Bagian XXXIII

3 0 0
                                    

Siapa yang harus kusalahkan? Diriku sendiri? Atau mereka kedua orang tuaku yang menjauhkanku dari kemungkinan dari jangkauan dan pengawasannya. Mungkin ini semua salahku! mengapa tak kulemparkan tubuhku di depan kereta itu? Saat musibah rumah tanggaku dan keluargu retak tanpa sepetak harapan!

Di Gedung Pengadilan dia menunggu nama dan perkaranya di sidangkan. Untuk mencoba bertahan, agar hak asuh anak jatuh padanya, meski harta tak lagi di milikinya. Mantan semuanya kembali menuntut hendak pula meminta agar si sulung biar dia yang meraawat dan mengasuhnya, sebab pernikahan di bawa tangan dengan perempuan yang merenggut kebahagiaan dua tahun lebih, belum juga memiliki anak. Rumah, dan seberapa isinya kini telah menjadi miliknya. Sebab ketika itu Pinkan minggat dan membawa seadanya bersama anak-anaknya. Rega Muncul bersama pengacara yang di usulkan oleh Danu, sementara Danu sendiri hari inu tidak sempat hadir, karena ada tugas keluar daerah di sebuah lembaga di tempatinya bekerja.

Sidang akhirnya berlangsung alot, Pinkan hanya bisa bertahan pasa isaknya, sementara tanpa putusan- membuat pknkan makin tidak merasakan ketenangan. Sidang di tunda pada waktu dan suasana yang lebih sama-sama kondusif. Entah...Entah sampai berakhir bagaimana keberlanjutan kasus hak asuh. Pengacara yang berkacamata dan sedikit gempal mencoba menenangkan Pinkan, bersamaan Rega yang memapahnya menyusuri lorong gedung penuh kepalsuan pula dalam benak Pinkan. Sesunyi dan sesuram hidupnya, selalu berharap keadilan, namun jauh dari keinginan dan harapannya.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang