Bagian III

25 1 2
                                    

Tiba-tiba rintik di awal Muharram,
pada kemarau panjang yang sebagian manusia keluhkan hampir setiap detik. Saya berjarak dekat di atas kepungan jiwa dan hasrat bersama Pinkan, perbincangan makin menarik. Tentang pengalaman dan harapan-harapan yang ada. Perkenalan awal ketika itu amat singkat, Saat mendekatinya butuh perayu dal benakku dengan bentuk lembaran rupiah. Namun, sat itu beda, tarkala suasana riuh dengan musik mengjemtak menghantam debaran-debaran jantungku! Pinkan tersenyum padaku. Emmm. Seperti merpati jinak tapi susah di dekati.

Kemana rintik berlalu? Pinkan menatapku dan tertawa. " Lucu juga manusia. Hujan takkan bisa meraih tanah jika angin tak menyerbak meraih membawanya kenpusaran lain. Mana mungkin hujan betah jika semua keluh ke langit tanpa bersyukur.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang