Bagian XXIX

4 0 0
                                    

Kopi dan kecupan. Merayuku merambati sekitar pagi yang di kerumuni burung pipit, pada dahan dan bunga kecil yang di rawat oleh hujan dan matahari.

Kita sepasang syarat, jelmaan surga yang di perlakukan menguatkan keganjilan yang pernah kita perbuat. Sama dengan mereka.

Kau ajak aku pagi ini berjalan di atas wewangian embun. Kau merangkul manja di lenganku, dengan merapatkan tubuhmu meretas hangat dingin pagi. Sekeliling kita beberapa kupu-kupu merantau dari musim di ujung timur. Doa merangkai sayapnya merajut warnanya bagai lukisan. "Kita tak sekuat kupu-kupu, tak setabah darinya. Kota di kemudian akan mengalami fase masa tua. Dan saya takut Cinta kita hanya sebatas pagi yang menyembunyikan embun saat waktu merasa telah menanjak ke suatu siang. Dan tak lagi senja menebalkan ingatan waktu.

Kecupan lembut di bibirmu, kau membalasnya dengan memejamkan mata. Setelah kota ini, kita menuju sebuah tempat yang pernah aku mengajakmu dulu. Yah sebuah tempat yang tertuang di setiap peranmu ada dalam jiwa dan mimpi merawat air matamu dan juga anakmu.

Alarm berbunyi....nyaring memnatul di dinding kamar Danu! Hari telah beranjak tidurnya telat semalam. Hari ini kebetulan libur. Beralaskan bawaan tidurnya yang membawanya jauh menemukan cinta sejati bersama Pinkan.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang