Bagian XXXIV

2 0 0
                                    

Ketika mereka terasa terusik oleh Profesi Pinkan. Dari jarak rumah, mata mereka akan mengintip lewat ekor matanya, diam-diam di arak ke lanang tengah sawah. Wajah mereka seperti tanpa dosa, polos! Dan menunggu saat baik mencercahnya.

Hidup bagai membusung sama dengan dada, tetapi bagai kerbau di tambatkan ke bajak, di lecut dan di pacu. Lalu serasa bangga. Perempuan dan laki-laki sama komunalnya yang binal dan dangkal.

Mereka seolah searah sejalan. tetapi saat tertentu, mereka sama-sama pengecutnya. Sama-sama munafiknya ketika hendak tidur denganku! Pinkan melengkapi bibirnya dengan pewarna, agar lebih lejit, bagai apel yang terlumat.

Mereka bukan tak setia pada pasangannya, mereka hanya mencoba lebih jujur. Laki-laki pendiam, lelaki yang bawel bagai mulut perempuan, tercatat pula dalam tamu yang pengecut yang jujur.

Bagai menghidu aroma sedap di udara yang tak ada beberapa pekan sebelumnya dan membacanya sebagai isyarat lalu menjanjikan burung" dan hujan.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang