Turut santun pun menuju senja yang kali ini menggelar cahayanya penuh memantul di atas ombak menggulung ke tepian. Sesuka saya meratapi kejujuran yang mulai pudar.
Mengintip kenangan, sekedar merubah dan kembali ke kebiasaan menemaniku pada bahasa "Rindu" setiap saat menghadiahkanmu sajak dan puisi berirama. Tetapi kau mulai pandai menyembunyikan alasan dan rona di balik matamu, tidak untuk sekedar meretas yang telah pernah kau akui. Walau tak lama kemudian senja kau tawar dengan alasan penuh syarat yang membuatmu justru mulai terpikat tanpa syarat itu pula.
Malam mengamatiku, kau menyusuri selera yang memilihmu dan kau pilih. Di deburan ombak aku kalah menjadi buih. Di semilir angin aku kembali kalah, sebab tak bernyali dan tiada memiliki"
Maukah kau merintis dalam dilematis?
yang mengiris iris. Kehidupan yang dinamis penuh dramatis. Aku melawan kekuatan mahluk kecil bernama Miris". Dia berkabung atas senja dan perak yang kumiliki, tanpa merubah kebiasaan berperan pada rasa. Aku mengingat hal tersulit dan pahit. Agar rasa sakit itu berlebihan. Dengan demikian melewati perasaku yang hampir tak bisa membedalan rasa perih dan rasa yang mengincarku setiap saat.Senja telah terbenam, meninggalkan bekas kenangan di atas buih ke tepi.
Mungkin menemui "Pinkan" Malam ini! Meneguk mariuana atau segelas guinnes yang khas racikan perempuan tabah di meja panjang itu. Paling tidak jika Pinkan Sibuk, ada "Rega" yang sesegera mungkin menghilangkan kisah dari seribu kisah waktu yang dinamis mengirs.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namamu Pinkan
RomanceGadis yang berjarak dari pohon keluarga menjadikan kediriannya tak bisa lepas dari bayang-bayang pinkan sebagai nama profesi.