Bagian XXII

6 0 0
                                    

Sambil berjaga-jaga di tepian pantai itu, mengamati jarak dekat  si sulung anaknya, bermain di pinggiran dengan penuh riang. "Pinkan" membiarkan kakinya di serpikan buih ombak dan pepasir. Merasakan geligi yang rapuh dan hitam kehidupannya.

Dia merasa tanpa siap menerima ketika ombak membawanya ke tengah, dampai kesamudera lepas, dan membiarkan dia diantara gulungan yang seperti ibunua memeluknya. Ada rindu yang tak bisa di temuinya, meski dia telah pergi dengan luka teruskr dari keluarganya. Namun Ibunya selalu menawarkan alasan, yang membuatnya jauh lebih kuat dengan harapan bisa di maafkannya.

Dia menggemgam pasir, dan dia menemukan arahan yang sangat aneh, kesuatu tempat dia mengikuti arah angin, meninggalkan jejak kakinya yang mungil, dia merasakan tubuhnya bagai tertarik ke  dalam. Geligi dan rasa takut membuatnya terhenti melangkah. Suara itu mengajaknya kembali agar tidak usah sungkan dan takut: "Masuklah, penantian yang panjang yang kau tuangkan dengan hari-hari dalam hidupmu telah menanti" Suara itu sangat asing dan berat. Pinkan melangkah pelan, dan sebuah turai menyingkap dia merasakan makin ketakutan. Akan tetapi rasa penasaran membuatnya lebih berani.

Dia terperangah, tak bisa berucap apa-apa, deru ombak,;suara anak-anak yang tadinya riuh, telah tak tak terdengar pada dinding batu yang bercadas pahatan alami. Dia menutup mulutnya  dengan kedua tangannya dengan mata tanpa berkedip. Rasa takut yang tadinya menghantuinya, hilang dengan melangkah pelan  dengan kini disertai senyuman khasnya, seperti ada yang menyertakan perasaannya dan melupakan segala dahaganya. Pikirannya hampa, tak ada tanda-tanda Pinkan untuk mengingat kembali tentang Stigama pasanya sebagai perempuan pemuas birahi, dan tatapan nakal lelaki yang suka mengumbar kemaluannya, serta menghamburkan uang  di atas tubuh sintal seksinya  telanjangnya.

Pinkan, bagai tak mengenali durinya dunia, pahitnya cercahan, anaknya Al yang mungkin saja mencarinya di tepian pantai, sambil memanggil namanya, dan menangis? Entah Pinkan merasakan apa!  dan mengalami apa.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang