Bagian IV

26 1 3
                                    

Setumit kujinjit langkahku menuju pagi. Retas embun menyisih di tengah musim yang gerah. Kecubung diri tak pelak telat memisahkan kemalasan seperti biasa.

Bau alkohol semalam masih menyengat di ruang konyol telah terbaring pasrah lelaki berumur memanjakan dengan rersiksanya kehdupan yang telah dia raih, lalu dia kecewa pada dirinya. Sekian lama merasa lebih dari berkecukupan, namun sedetik luruh segalanya. Dia pemabuk yang baru merasakan wangi mariuana dan Vodka racikan perempuan yang merelakan tubuhnya di himpit dan di gerayangi lelaki itu. Di luar badai mengancam. Di atas aspal tapal nasib terbatas. Pengamen dengan suara lugu menengadahkan harapan di sisi jalan, di bising waktu knalpot mesin deru menggebu penuh melintasi jalan raya yang tidak tabah.

Lelaki berumur lupa rumahnya, dia menghilang stu hari penuh untuk menenangkan diri. Apakah dia punya keluarga? Segera dia siuman dan merasakan tubuhnya ringsut dengan wajah kusut terbalut, lusuh kemeja kerjanya dari instansi ternama ikut menempel di antara papan nama tertera. Dengan ekspresi penuh linglung. Dia bangkit dari duduknya, berjalan tergopoh menuju rumahnya. Dan kemungkinan menelpon stafnya, hari ini tak masuk kantor karena sesuatu dan lain hal.

Suasana makin ramai, bagai anai-anai pesta kehidupan di gelar di setiap sudut di muka bumi ini. Macet makin menambah meluap-luapnua emosi pengendara yang mulai jenuh dengan keadaan sehari-hari. Mempengaruhi secara sikis, setiap jiwa yang mulai masing-masing ego hendak duluan dan mendahului. Pemandangan biasa. Bunyi klakson, motor berjubel, mobil berderet, kekacauan yang runyem semrawut. Entah sampai kapan ini berakhir. Entah pula gerangan lelaki berseregam tadi, kemana laju kendaraan yang baru siuman. Mungkin dia berada di antara kemacetan sambil menghibur dirinya, terbayang Pinkan dengan wangi nafas serta sentuhan bibirnya yang membuat dia panik, meraba raba kemeja seragamnya. Adakah bekas gincu Pinkan menempel berbekas? Dia menikmati kemacetan mungkin. Sambil merasakan kecupan manja Pinkan, membuatnya melayang lupa yang ada di rumah dan sebuah masalah menimpanya. Membawanya pulang dengan segala kepalsuan di antara orang-orang sekelilingnya. Piuhh...

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang