Bagian XXXX

266 0 0
                                    

Matanya basah, tiada upaya menyekanya, bibirnya keluh, Pinkan membiarkan jatuh meraup dirinya yang telah berdiri bagai mematung menyaksikan yang tiada dia sangka. Terdiam tanpa kata-kata, padahal selama proses menghindari Danu, Pinkan mulai merasakan perasaan yang berbeda, bahwa dia mengingkan dan menerima Danu, sebagaimama perlawanan dirinya terhadap prasangka dan trauma telah membuatnya memutuskan.

Dia menerima Danu sebagai penguat kesenjangan jiwanya, meskipun butuh perenungan panjang baginya. "Danu" sosok yang jujur, dengan harapannya menikahi Pinkan, meskipun dia merasa sulit menerima keputusan yang Danu telah membawanya sebagai final, hingga dia terbuang dari keluarganya sekalipun.

Semua perasaan menggebu menjadi luruh penuh, air matanya deras menahan isaknya di pintu itu. Dia merasa berpijak namun tak lagi merasakan harapannya sebagai tumpuan, suasana yang riuh botol dan gelas, serta desahan di setiap kamar, nyaris tiada terdengar. Dia hanya merasakan degup jantungnya, menahan marah, kecewa, hingga air matanya merambati tubuh menggigilnya. Ada sayatan luka yang teramat tertancap perih di jantungnya, membentuk alur pikirannya yang tiada bisa Pinkan terima, melihat kejadian di depannya. Sembilu itu merangkainya dan menemukannya kosong yang terhujam beribu kedukaan, kehampaan. Orang yang telah di rasakannya mampu mengubah dan memilihnya, menjadi petaka baru dalam hidupnya. Lalu dia berlari, sekuat ingin segera jauh,,di lorong sepi dan tak lagi kembali pada sebuah kepalsuan. Tanpa menghiraukan sekelilingnya Pinkan meninggalkan tempat dan ruangan itu, jauh sejauh mungkin. Hingga tiada lagi kabar tentang keberadaannya. Mampukah Danu meyakinkan dan mengembalikan Pinkan pada kepercayaan seperti semula?.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang