Bagian XXXXII

23 0 0
                                    

Gumpalan awan November, purnama tanpa hitungan, terang tak benderang di sanubari Danu. Bagai Gulma membangun satu halaman hidupnya.

Meski tersimbul di antara gumpalan, sulit menerka hujan. Danu menatap melepas pandangannya di kaca jendela tebal. Ada kesepian, rasa was-was, kecamuk emosi,,sedih, gelisah dan bagai merana. Melihat gurat nasibnya di telapak tangannya. Tangan kanannya erat menggemgam map biru mengkilap.

Tak ada yang dapat di pahaminya, gaduh perut penjajah kebijakan di gedung terhormat, di jalan para demonstran masih berhuyung dengan makin menyatukan barisan, hingga ada ribuan orang berpakaian seragam berselogan" seseorang memekikkan jerit para penggusur kehidupan di selat hidup bertepi tanpa berupaya menegakkan keadilan, kesejehteraan dan keberadaban himpitan ekonomi semusim untuk jatah anak dan keluarga mereka.

Telapak tangannya di pandanginya, mengamati perjalanannya, hulu mana hilir yang di mana. Danu terombang-ambing, pasca krisis melanda se-Asia berdampaklah pada lekukan telapaknya. Dia menemukan bagai anak-anak sungai tanpa habitat. Di dekapnya Map nersama telapaknya itu, bunga-bunga ilalang dan bunga cinta penantiannya berterbangan dalam jiwa dan dadanya. Kita telah tamat duhai penghuni titelku, yanh ku tempuh separuh abad dan zaman yang kala keterdidikan belum mampu menjawab pertanyaan masa depan.Bau politik amis, berdebat kesenjangan, hasilnya di antaea selangkangan kroni dan koleganya. Rakyat hanya tameng, jalak jadi liar gagak terbang membawa kabar kematian. Kita hanya meonf yang di tendang dan di buang di tong sampah arau di tepi jembaran menunggu nasib dalam takdir.

Serba salah, mengalah dengan pulang ke rumah dengan mulai memilih perempuan lain selain Pinkan, agar dia di terima kembali di dalam rumpung keluarganya, atau dia berjalan menuju dramatikal Tuhan yang di mangeri semesta. Dan menjadi pekerja apa saja, setelah surat PHK di gemgaman dan dekapan dadanya yang berdenyut sedih. Kegelisahan sangat menhantui pikirannya. Dia pamit san bertukar senyum hampa pada pimpinannya. Hidup memang butuh waktu untuk di yakini dan di jalani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang