Bagian XXXV

3 0 0
                                    

Rega menjamu tamunya, Pinkan melangkah menuju anjungan kenikmatan lelaki yang baru di temuinya. Suasana ruangan riuh dalam setangkai saja nikmat. Rupiah telah punah! di antara muntahan mereka yang berdesah memburu.

Seteguk dan rasa busa bir merata di bibirnya Rega,,yang kemudian menyapa genit pelanggan yang antrian sejak sejam lalu. Musik menghentak. Lampu warni merangkai syahwat.  Ujung pangkal lelaki mulai berdenyut. Hendak sesegera mungkin menyelesaikan keinginannya.

Pojok kehidupan yang sarat tanpa ampun dan seakan Dosa bagi mereka adalah ancaman. Kepulan asap pavor, merangkaikan satu gumpalan keresahan yang mereka tidak bisa pungkiri. Pekerja Seks Komersial. Yang di anggap binal dan nakal. Ancaman para istri muda dan tua. Lencana dan pangkat, golongan darah dan keabsahan surat nikah. Mereka memburu kenikmatan. Profesi sebagai PSK, bukan pilihan, namun jawaban dari segala dinamika dan problem sosial dalam kehidupan. Apakah ini berlarut hingga akhir zaman? Semua dalam penanda zaman itu sendiri. Bukankah pristotusi terbangun dari cara mereka untuk menghindari dalam memcari sensasi? Secara seksiologi, butuh penuangan imajinasi dan sebuah kejiwaan yang dinyatakan secara bajasa tubuh dan setiap kejiwaan masing-masing yang secara fakta: Seks itu kejiwaan.

Belum beberama lama, Pinkan telah bersama seseorang, yang kali ini pelanggan yang di pilihlan oleh bu Retno, perawakan wajahnya yang ke bule-bulean. Pinkan menggandengnya, mengarahkan ke meja biasa para tamu syahwat menikmati suasana sensual, dan  ruangan yang di setting khusus untuk menambah aroma nafsu yang baunya sampai ke ubun-ubun. Sementara Bu Retno ( Mucikari/Boss besar, sang Ratu Club), Assyk menikmati Cinta yang tersembunyi di balik ketehasan dan dunia glamornya. Seorang lelaki sedikit jauh lebih muda dan lumayan tampan. Tawanya yang biasa, bagai menemukan gairah baru cinta yang pernah pula merenggutnya, seperti cerita teman-teman Pinkan, yang lebih dulu mengenal Bu Retno.

Betapa manusia, selalu merasa gagal, dan selalu labil menjasi momok menakutkan ketika rasa adil, kecewa, dan amuk amarah, yang tak bisa di bendungnya, hingga pelariannya adalah menjawab kepribasian tunggalnya semata. Mengalami fase sikis, yang kemudian membawanya dalam pelarian yang menurutnya untuk hal kekecawaan, rasa sakit, di khianati dari kesetiaan yang mereka para perempuan seperti Bu Retno, pinkan, Rega dan yang lainnya yakini. Namun semua musnah oleh Cinta yang terekam dal memorinya jauh lebih menyakitkan. Apakah harus demikian dan betapa Cinta perempuan begitu kuat dan jujur, lalu teramat perasanya, hingga memilih kadang pasa hal, membuatnya jaih lebih terpuruk?

Musik mengalun menggempur setiap gairah, bagi pemantik untuk tergelitik, hendak tergolek puas di antara Pinkan yang lainnya.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang