Bagian XXXII

8 0 0
                                    

Pecah, retak-retak himpun dan rumpun kini. Danu mulai bersikap...
    "Kamu mulai menantang dan mulai berani? Kata ayahnya penuh kemarahan sambil menunjuki Danu! Serapah dan segala ancaman untuknya.
    "Kenapa mesti membedakan? Jauh usia saya selama ini, butuh juga memilih bukan untuk menantang dan mulai kurang ajar yah!...Dan menjawab dengan nada mulai agak tinggi.
    "Kau harus tahu, keluarga besar ini tiada yang bisa masuk tanpa tahu seluk beluknya. Kita ini terhormat, rumpun dan keturunan kita itu keluarga terhormat. Lalu Kau...Kau. Tiba mau merusaknya? Apa kau telah berzina dengannya?...dan kau tidak sadar dia menjebakmu? Suara Pak Syamsu makin keras dan makin marah. Diantara Kakak danu hanya menatap ke arah Danu. Sebuah pemandangan tak layak. Semua menganggap Danu telah jauh melenceng, dan jauh merusak tatanan keluarga yang menurut mereka terhormat. Danu berusaha tatapan sinis yang dari saudaranya sendiri. Suasana tak seperti lagi sebelum masalah itu ada. Penuh keceriaan, kedamaian. Dan p Syamsu adalah Seorang perawakan dengan wibawa yang ber-trah penuh kesanjungan, Wataknya memang keras.  Ssebagai mantan pejuang yang membuat karakter bawaannya yang merasa tertuju pada kepribadiannya yang  memang keras.

      "Betapa kita terlalu membanggakan sesuatu yang tak sebenarnya harus menjadi meledak dan mandangku seperti  bagai musuh kalian. Bisik hatinya berusaha menahan gejolak, dan memuncah. Haruskah kurelakan rasa cinta yang dulu ada dari mereka, dan berubah menjadi kebencian kepadanya? Dan hanya karena merasa strata dan martabat keluarga di pertaruhkan, mereka lalu membuang rasa itu padanya selama ini? Atakah aku,,, Ahh...Tidak, aku mencintainya. Aku telah jatuh cinta pada Pinkan, meskipun menurut mereka adalah kesalahan fatal, berakibat bagai petala menurut mereka. Aku tak lantas membohongi perasaanku yang entah, rasa itu tumbuh perlahan untuk Pinkan, tanpa harus menjadi bahan fitnahan, dan sorotan bagi semua. Ini sulit. Dan tiada bisa mereka tahu dan paksakan apa yang ada dalam pikiran mereka, apa yang ada pada pandangan mereka. Bukan, bukan karena tuduhan lasa Pinkan memanfaatkanku. Tapi aku jauh lebih mengenalnya dari pada mereka.

    "Di ruangan itu, Danu melawan amarahnya, agar tak meledak dan menjadi sebuah masalah besar, ketika terjadi sesuatu lada Ibunya. Yah. Hanya ibunya satu-satunya.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang