Bagian XXXIX

5 0 0
                                    

Secawan angin di tawarkan Cha pada Pinkan. Pesona warna matanya mulai menua sececar pilihannya dengan wangi parfum setiap hari merayu-rayu kebinalan. Tetapi mengenai kukunya, banyak bekas kulit lelaki menempel pekat bagai loreng.

Rega menikmati suasana di antara tumpukan huah dadanya bagai mengerayangi tubuh Danu. Dabu menatap sayu Rega dengan sekedar mencoba mencari tahu puting siapa. Mereka adu tatap, membuka "Seluar" secara bersamaan. Tetapai hanya sampai selutut. Tak berani memulai karena sama-sama menjaga firasat sangka mungkin. Rega membantu Danu menikam-nikam otak Danu, dan melupakan Pinkan. Asa amarah dan kebanggaan, seperti kemenangan yang fantastis. Kecupan di kening! Danu hanya menata nafasnya. Tetapi adegan suara  manja di tambah wangi mulut Rega yang menambah aroma gairah Danu yang telah di gerayangi jemari Rega berkutes dan lembut menyambar-nyambar sesuatu di tubuh Danu.

Desahan, gerakan, dan tatapan menjadi kecamuk yang hendak tumpah meraih sesama tubuh kehangatan dari suhu tubuh mereka saling memeluk. Bibir Rega nancap mengumpan balik lalu dia menaruh jemari telunjuknya di bibir Danu. Rega tak menyia-nyiakan waktu. Danu terbawa serdadu setan yang menghidupkan lelakinya yang telah menukik. Saling membalas dan saling menatap, sesekali Rega memejamkan mata mengingkin Danu memulai perburuannya. Cumbuilah Dan! Sesekali menggelinjang tak memberinya jeda, ketika Danu mulai menghafal bentukan otaknya dan gairah yang menuntunnya, mulai memberi desakan secara spontan menekuni setiap lekukan. Rega makin melengking bagai mendapat arahan yang memandunya menuju kenikmatan tak terbatas.

Mereka lupa, bahwa mereka telah hampir sama-sama tanpa sehelai pun dan mereka sama-sama berguling melupakan kisah kegaduhan dunia yang memasung hak mereka, kebebasan mereka, yang berkutat hanya masalah yang selalu mengangkanginya.

Prakk!...Suara yang keras menghantam gairag mereka. Dan...mereka kalap, mimik mereka berubah seketika. Rega penuh ketakutan dab meraih sehelai menutipi tubuhnya yang telanjang. Danu tercekat wajahnya pucat tiada ekspresi...Sesuatu yang mereka tak duga.

Namamu Pinkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang