6. Perlindungan

3.2K 184 5
                                    

   Gadis itu berjalan di belakang sekolahnya. Hari masih pagi tapi sudah kebiasaanya datang sepagi ini.

Naya mendudukan diri lalu mengeluarkan earphone miliknya. Dirinya fokus ke Hp, sedang asik bermain game masak-masak yang dia punya.

Tenang bermain game tiba tiba terdengar suara orang jatuh dari belakangnya. Naya kala itu tidak mendengar tapi pendengarannya seketika berfungsi ketika terdengar suara tamparan yang cukup kena di telinga Naya.

Gadis itu mem-pause game nya lalu ia menoleh kebelakang.

Tidak ada orang.

Naya membalikan lagi wajahnya lalu dahinya berkerut. Sebelum ia benar benar berpaling ia melihat ada segerombol murid cewek lain di sana. Tidak banyak, hanya Sekitar 4 atau 5 orang yang bisa Naya lihat. Tepat di ujung gedung dan terlihat sempit.

Naya hanya mengangkat bahunya acuh. Tidak ada niatan sama sekali untuk melihat lebih dekat.

🌞🌞🌞

"Ja- jangan," rintih gadis itu memohon. Tapi yang di mohon itu hanya tersenyum bangga.

"Jangan apa, manis?" Tanya Lena yang berada paling depan diantar para cewek lainnya.

Giska hanya menangis sesengukan bersandar pada dinding. Dirinya benar benar takut. Padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun pada Lena. Tapi tadi pagi di kantin Giska tidak sengaja tersandung dan minumannya jatuh ke baju Lena.

"Nggak usah nangis lo!"

"Jatuhin minuman aja bisa, lah disuruh nggak usah nangis nggak bisa!"

"Nggak tau diri banget, sih!"

Kata kata itu terus membuat Giska takut setengah mati. Walaupun dirinya sudah sering menjadi bahan bully-an teman-temannya tapi tetap saja ia masih takut.

Giska mendudukan dirinya, menahan tubuh nya dengan lutut nya sendiri. "Giska min--ta maaf," ucap Giska dengan gagapnya.

Lena tersenyum sinis melihat Giska seperti itu. "Lo sujud dulu baru gue maafin."

Giska tertegun. Bersujud? Tidak ia tidak mau. Tapi dia bisa apa? Dirinya hanya akan di bebaskan jika menurut apa yang di katakan oleh Lena. Giska hanya bisa pasrah tidak punya kekuatan apapun untuk membantah. Denga segera ia menunduk menyentuh kaki Lena tapi sebelum itu terjadi seseorang menahannya.

"Bangun!" Suara datar tapi tegas itu terdengar. Suara itu berhasil membuat Giska dan yang lain terdiam. Giska yang masih takut pada Lena kembali menundukan tubuh nya tapi lagi-lagi Naya mendorong tubuh Giska untuk menjauh dari kaki Lena.

"Akkhhh!"

Pekikan dari Giska itu tidak direspon oleh Naya. Gadis itu terus menatap kesal kearah Giska karena tidak mendengarkannya.

Naya kembali menoleh ke arah Lena dan kawan kawan dengan tatapan lebih tajam, "Masih jaman main keroyokan?"

Lena dan yang lain diam tidak menjawab. Nyali Lena seketika menciut, dirinya tidak bisa berkata-kata dihadapan Naya.

Siapa yang tidak tahu dengan Naya, gadis aneh yang tidak punya teman. Sebutan itu memang cocok untuk Naya. Naya yang aneh, jahil, friendly tapi bisa jadi cuek itu tidak memiliki teman satupun. Teman ada tapi hanya teman yang saling kenal.

"Kenapa diem?" Sekali lagi suara siapapun tidak ada yang terdengar selain suara Naya.

"Takut?" Tanya Naya sekali lagi "DIMANA RASA SOK LU TADI PAS NGE-BULLY DIA!!!?"

"Nay maaf gue nggak mak---"

"Ngapain lo minta maaf sama gue?" tanya Naya kembali datar.

Lena kembali terdiam. Mendengar suara Naya semakin membuat tubuhnya gemetar.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang