Malam ini adalah malam dimana semesta berbaik hati padaku dengan menghadirkan dirimu
🌞🌞🌞
Adam dan Naya masih di rooftop kantor Papa nya Adam, Langga. Duduk berdua tanpa alas dan bersandar pada tembok. Meskipun ini adalah atap yang jarang di datangi oleh karyawan, tapi kebersihan tetap terjaga disini. Langga sengaja mengubah tempat ini menjadi mewah dan rapi karena sekaligus untuk dirinya refreshing jika jenuh di ruang kantor. Dan tidak sembarang orang bisa masuk kesini, kecuali office boy yang membersihkan tempat ini dan tentu saja Langga juga Adam.Adam terus mengamati wajah Naya yang menunduk entah apa yang di pikirkan gadis itu. Adam tidak suka dengan ekspresi Naya yang kentara sekali terlihat sedih, dirinya lebih suka Naya yang ceria, jahil, dan aneh. Bukan aneh seperti ini maksudnya. "Naya,"
Naya menoleh lalu tersenyum tipis, cukup terlihat manis dimata Adam. "Ya?"
Adam terdiam menatap wajah Naya yang sedikit berubah dari masa ke masa. Adam adalah salah satu saksi pertumbuhan Naya dari kecil. Mereka bertetangga tapi Naya yang terlalu menutup diri membuatnya sulit beinteraksi dengannya.
"Gue mau cerita deh," ucap Adam sambil menatap Naya yang mendengarkan. "Tentang anak kecil yang pernah gue temuin." Entah apa yang membuat Adam ingin bercerita tentang ini, itu terpikirkan secara tiba-tiba tadi.
Naya kembali menatap Adam. Seperti biasa, ia dapat menemukan kehangatan dalam manik mata Adam. Dirinya tidak tau kenapa akhir-akhir ini dirinya merasakan hal yang beda pada Adam.
"Waktu itu gue lagi main sepeda di halaman, tapi pas lagi asik-asik nya main gue liat ada anak kecil seumuran gue lagi main juga di halaman rumahnya. Rumah nya di halat satu rumah dari rumah baru gue. Waktu itu gue pengen nyamperin cewek itu, tapi dia keburu masuk sama cowok, itu kakaknya,"
Naya mengernyit aneh, merasa tidak asing dengan cerita Adam. Namun, gadis itu tidak bertanya hanya tetap mendengarkan cerita nya.
"Besok nya gue main lagi, gue selalu liatin rumah cewek itu tapi nggak ketemu lagi. Gue sempet putus asa nggak ketemu sama cewek itu karena di komplek itu cuma dia yang seumuran sama gue. Tapi, pas gue mau masuk, tiba-tiba dia lari keluar rumah sambil ketawa. Gue liatin dia sambil senyum terus dia senyum balik. Dia lari nyamperin gue, terus ngajak gue sembunyi. Gue nggak tau apa-apa tapi gue ikut aja sembunyi," lanjut Adam sambil terkekeh mengingat kenangan masa kecil nya dengan gadis disampingnya ini. Naya mengingatnya atau tidak dia juga tidak tau.
Naya tersenyum kecil, tentu saja dirinya mengingat itu. Itu pertama kalinya saat dirinya bertemu Adam. Pada saat itu dirinya sedang lari dari kejaran Dion yang berlagak layaknya Singa yang ingin menerkam mangsanya. "Itu gue, kan?" tanya Naya pada akhirnya.
Adam mengangguk sambil terkekeh. "Dari situ kita jadi temen dekat. Main bareng terus, deh pokoknya. Sampe kelas 5 SD kita udah jarang main bareng lagi. Mungkin karena kita beda sekolah jadi kita nggak bisa main bareng lagi," Ada nada kecewa dari ucapan Adam itu, tapi Naya tidak menyadarinya.
Adam melanjutkan, "Pas kita udah SMP tiba-tiba dia terkena musibah. Setelah musibah itu dia jadi beda. Dia jadi introvert, dan kadang nggak keluar rumah lagi. Gue sedih, sih liat dia kaya gitu. Pasti dia tertekan karena kehilangan orang yang dia sayang."
Adam memegang tangan Naya yang dingin bermaksud menguatkan dan itu berhasil. Naya sekarang malah terfokus dengan genggaman Adam yang hangat. Lupa dengan masa lalu nya yang cukup menyakitkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Roman pour Adolescents( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...