2. Rasa

5.4K 233 25
                                    

"Tungguuinnn!" Ucap gadis berseragam putih biru itu.

"Cepeetaann!" Dan satunya lagi menyahut.

Keduanya berlarian bersama, yang satu terus berlari sambil membawa ice cream di kedua tangan nya dan yang satu terlihat terus mengejar yang di depan.

brak!

"Astagaa!"

Gadis yang mengejar itu ternyata terjatuh dan yang dikejar itu langsung menghampiri temannya. Ice cream yang awalnya ada di tangannya kini sudah bersatu dengan tanah.

"Lo enggak papa? Ada yang luka? Ada yang sakit? Kok lo diem? Ishh, ngomong, dong?"

"Gimana gue mau ngomong, lu nya ngomong mulu, sih!"

"Iya, yaa, yaudah sini gue bantuin berdiri."

Dengan bantuan temannya itu mereka berhasil mendudukan diri di kursi terdekat. Si gadis yang terluka meringis kesakitan karena lutut nya yang berdarah.

"Aduhhh, sakitt yaa? Bentar, deh gue beli obat merah dulu,"

"Gausah, traktir gue ice cream aja. Tadi kan lo jatohin."

Teman nya itu terdiam dan tak lama mereka tertawa bersama bahkan mereka juga menertawakan kejadian terjatuh tadi. Seakan semua masalah mereka tadi hanya angin lalu. Terlalu sederhana untuk di permasalahkan.

Naya menghela napas menyaksikan dua sahabat itu, dirinya merindukan dirinya yang dulu yang bahagia bersama sahabat-sahabatnya ketika masih SMP. Tapi sebelum kejadian itu terjadi. Setelahnya itu ia melupakan sesuatu. Kejadian yang membuatnya sulit mengingat dan mungkin akan terus melupakan.

🌞🌞🌞

Di koridor sekolah, Naya berpapasan dengan laki laki menyebalkan. Itu Adam, ketua Osis sekaligus orang paling menyebalkan.

Mereka masing masing melempar tatapan sinis dan menusuk. Perasaan jengkel, masih tersimpan di dada Naya. Karena Adam, lah dirinya tidak bisa masuk kelas jam terakhir kemarin. Ya, meskipun dirinya juga senang, sih tidak ikut pelajaran.

Adam menatap sengit tanda perang masih berlanjut. Naya benar benar membuatnya naik darah. Karena dia-lah penyebab tugas-tugasnya rusak, akibatnya dirinya harus mengulang lagi dari awal. "Lo pikir, bikin proposal gampang apa!?"

Semalam, mereka tak sengaja bertabrakan di depan ruang Osis sehingga kertas kertas yang ada di tangan Adam berjatuhan dan terinjak sepatu Naya. Jika saja salah satunya meminta maaf dan memaafkan maka urusan selesai. Tapi, bukan seperti itu. Mereka malah saling menyalahkan dan semakin berdebat di koridor yang beruntung nya sepi.

Naya berlalu dengan wajah sombongnya, terus berjalan hingga ia sampai di depan gedung sekolah dan duduk halte. Sedangkan Adam, ia menuju ruang Osis, ada rapat yang menantinya.

"Pak, jemput Naya, ya?"

"Siap, Neng!"

Naya menutup telepon nya dan tiba-tiba jantung nya berdetak 10 kali lebih cepat dibanding biasanya. Di sebrang sana ada seseorang yang menatapnya. Entah kenapa jantungnya jadi berdetak begini, padahal ia tidak kenal dengan orang itu.

Seorang gadis dengan baju sedikit basah terus menatapnya, padahal hari ini tidak ada hujan sama sekali. Lalu rambut hitamnya tergerai di punggungnya dan sedikit menutupi wajahnya.

Mata mereka bertemu dengan jelas. Naya tidak bisa mengalihkan pandangnnya. Terpaku disana. Di tempat seorang Gadis yang menatapnya itu.

"Hei, ini punya lo?"

"Huh?" Naya tersentak kaget karena terlalu fokus pada gadis di seberang sana. Sampai satu tepukan di bahu menyadarkannya. Di tangan laki laki itu ada pita rambutnya.

"Oh! Makasih," Naya mengambil pita rambutnya dan matanya kembali melihat ke arah dimana seseorang tadi berada, tapi ketika dia melihat lagi, orang itu sudah hilang.

"Gue David. Lo?" Tanya laki laki bernama David itu, sambil duduk disebelah Naya.

"Naya," David mengangguk-angguk dan tersenyum. Senyum manis yang mampu membuat kaum hawa meleleh. Tapi Naya terlalu sibuk memikirkan sesuatu sampai dia tidak merasakan efek senyuman manis milik David. .

"Gue duluan, ya?" Naya berucap ketika Pak Dani, supirnya, datang tepat waktu.

"Oke,." Naya mengangguk dan berlalu masuk kedalam mobilnya.

"Neng, tadi pacarnya, ya?" Naya hampir loncat ke luar jendela karena pertanyaan supirnya itu.

"Bukan, Pak. Baru juga ketemu tadi," Jawab Naya bingung.

"Tapi ganteng, atuh, neng," celetuk Pak Dani, Naya hanya tersenyum kecil. Memang benar, laki-laki itu ganteng, jadi Naya tidak menyangkalnya.


🌞🌞🌞

Haloo ketemu lagii, cerita masih anget ohohooho. Jgn lupa votes and comments yakkk.

@dynr__

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang