Epilog

1.7K 63 11
                                    

Karena hati ini sudah menjadi milik mu.
Meskipun aku bersama orang lain, hatiku tetap padamu.

🌞🌞🌞


     Seseorang baru saja membuka pintu kamar Adam. Adam menoleh sebentar lalu tersenyum kecil pada gadis cantik itu. Sedangkan gadis cantik itu malah memasang wajah sebal pada Adam.

"Kenapa belom dimakan?" tanyanya.

"Emm..." Adam berpura-pura berpikir. "Kamu nggak nyuapin aku, sih." ucapnya.

Gadis cantik tadi mengambil piring yang sama sekali belum di sentuh oleh Adam di atas nakas  lalu mulai menyuapi Adam dengan tangan putihnya. "Kalo nggak dimakan nanti sakit lagi terus nanti dimarahin lagi sama Papa!"

"Nggak pa-pa," jawab Adam santai sambil tersenyum dan membuka mulutnya agar makanan dapat masuk. "Kalo sakitkan bisa disuapin terus sama Safira," ucapnya membuat gadis bernama Safira tersenyum kecil.

Melihat wajah Safira yang tersenyum membuat Adam mengangkat tangannya dan mencubit pipi temben Safira. "Gemessssss!"

"Sakiiiiittt!" Kesalnya.

"Sini, deh," Adam kemudian menarik tubuh Safira untuk duduk di pangkuannya dan memeluknya erat.

"Aku nggak bisa napaasss!" teriaknya.

"Makasih, ya," ucap Adam menghiraukan Safira yang semakin kesal. "Udah nyuapin aku."

"Iyaaa! Lepasinnn!" Setelah bersusah payah mencoba lepas akhirnya Adam mau melepaskan pelukannya. Dan Safira pun melanjutkan kegiatannya yaitu menyuapi Adam.

"Manja banget!" Seru seseorang yang baru saja datang bersama dengan beberapa orang lainnya. "Udah gede juga!" Sarkasnya sekali lagi.

"Bilang aja cemburu!" balas Adam.

Naya mencibirkan mulutnya enggan membalas lagi, Ia lebih memilih duduk di sofa yang ada di kamar ini. Sedangkan Adam malah tersenyum senang. Adam pun mengalihkan pandangannya pada orang-orang yang baru saja datang bersama Naya tadi. Siapa lagi kalau bukan sahabat-sahabatnya beserta Giska.

"Udah mendingan lo, Bro?" tanya David sambil merebahkan diri di samping Adam.

"Udah, kan di suapin sama Safira," ucapnya sambil mendelik ke arah Naya. Sedangkan Naya hanya pura-pura asik dengan ponsel pintarnya.

"Badan udah gede juga masih aja sakit-sakitan!" timpal Kevin yang juga ikut bergabung ke atas kasur.

"Sakitkan karena dia," balas Adam sambil mengarahkan pandangannya pada Naya lagi.

"Siapa suruh hujan-hujanan?! Kaya bocah!" sarkas Naya yang masih pura-pura asik dengan ponselnya.

"Ini juga demi kamu,"

"Apaan demi aku? Aku juga nggak ada nyuruh kamu hujan-hujanankan!"

"Kan biar kamu maafin aku. Iyakan Safira sayang?" Yang di sebut namanya pun hanya mengangguk membenarkan ucapan Adam.

Naya yang kesal pun menghampiri Adam dan menarik tubuh kecil Safira dari jangkauan Adam. "Safira sayang... kamu jangan mau di suruh-suruh lagi ya sama Kak Adam. Kakak Adam itu orangnya nyebelin."

"Nyebelin?" tanya Safira.

"Iya, Nyebelin. Bangett malah!" Ucap Naya sambil menatap kesal ke arah Adam. Dan hanya dibalas Adam dengan seringaian. "Jangan mau lagi ya di suruh-suruh sama Kak Adam?"

Safira yang baru menduduki kelas 1 Sekolah Dasar dan tidak tau apa-apa itu pun mengangguk polos. Dan itu juga membuat Naya tersenyum manis. "Yaudah, sekarang aku antar kamu ke bawah, ya? Tadi Papa kamu manggil."

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang