11. Polisi

2.8K 153 12
                                    

Apakah hanya halusinasinya?

Naya mengalihkan wajah nya menatap Giska yang terus mencari kemana temannya yang mau dikenalkan pada dirinya itu.

"Naya, bantuin cari, dong," pinta Giska. Gadis itu mencari cari kebawah kursi, kolong kolong dinding, layaknya mencari seekor tikus.

"Dasar, bodoh." gumam Naya tapi tak urung dia juga ikut membantu mencari di bawah kursi, di loker, di balik sapu bahkan di langit langit. Jadi sebenarnya yang bodoh itu siapa?

"Nggak ad--- akkhhh!"
"Aduh! sakitttttttttt,"

Ketika Naya berbalik, dia tidak tahu kalau ada Giska dibelakangnya. Dan jadilah mereka bertubrukan hingga membuat Giska terduduk di lantai.

Seperti biasa, Naya terdiam. Lalu sedetik kemudian dirinya tertawa terbahak-bahak.

"Naya, bantuin,"pinta Giska. Bukannya membantu, Naya malah terus tertawa bahkan sekarang sambil merekamnya.

"Naya, Jangan di rekam, ih, Maluuuu." ucap Giska lagi menutup matanya sambil menahan sakit di pantatnya.

"Ika nangis, nih?!" Ancam gadis itu.

Mendengar ancaman itu, Naya menyembulkan wajah nya dari balik Handphone nya itu dengan wajah datar. "Bodoamat." Balasnya lalu kembali tertawa. Membuat Giska cemberut dan dengan susah payah berdiri.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata biru gelap itu memperhatikan mereka berdua. Mata yang memancarkan sakit dan penyesalan. Sakit hati dengan kelakuannya dulu dan menyesal karena telah pergi. Orang itu, gadis yang bermata biru gelap itu tersenyum miris.

"Lo udah banyak berubah, Na. Seharusnya gue nggak boleh mucul di hadapan lo lagi setelah lo udah bisa bangkit sendiri."

🌞🌞🌞


"Sok, imut!" Ejek Naya. "Gausah sok sok ngambek, deh!"

Diam. Giska masih diam.

Naya tertawa dalam hati sekaligus kesal. "Yaudah, sih. Kalo gitu gue pergi aja. Ngapain disini bareng cewek sok imut." gumam Naya sengaja lebih keras supaya Giska mendenger.

Naya berdiri dari kursi kantin. Tapi tiba tiba saja tangannya di tahan dengan Giska. Naya mengulum senyummnya.

"Apaan, nih?"

"...."

"Lepas?"

"......"

Naya mengehmbuskan napasnya. Dasar geblek, umpat Naya dalam hati. Naya berjalan meninggalkan Giska yang semakin cemberut.

"Ihhhhh, Naya gak peka!" Teriak Giska. Membuat anak-anak lain memperhatikannya aneh.

"Hai, Giska."

Giska menatap gadis didepannya itu dengan mata berbinar. "ALINAA?!!"

"heehheheee, sorry, ya tadi pagi gue ninggalin lo. Soalnya ada urusan mendadak," cengir Alina menatap Giska yang kembali cemberut mengingat sulitnya mencari Alina sampai berakhir dengan pantat nya jadi sakit.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang