8. Pengakuan?

3.1K 172 11
                                    

"Om mau kasih tau kalian sesuatu." Ucap Gilang dengan nada seriusnya.

David dan Giska pun terlihat mulai serius. David terus diam untuk mendengarkan Gilang.

"Naya," jeda Gilang ragu "Annaya butuh istrihat." Tukas Gilang cepat. Entah kenapa pikirannya tiba-tiba berubah. Dia takut jika teman-teman Naya tau masalahnya, mereka akan menjauh. Padahal baru kali ini ada teman Naya yang mau berkunjung kerumah nya, selain Adam pastinya, setelah sekian lama. Apalagi mereka yang mengantarkan Naya saat anak nya itu pingsan. Jadi lebih baik David dan Giska tidak tau apapun. Itu yang ada dipikiran Gilang saat ini.

"Jadi lebih baik kalian pulang dulu, ini udah sore."

David mengernyit aneh mendengar ucapan Gilang yang terdengar ragu ragu itu. David merasakan ada yang di sembunyikan. Lain dengan Giska yang langsung mengangguk dan mempercayai apa yang di katakan Gilang padanya.

🌞🌞🌞

David keluar dari rumah milik Naya itu begitu juga dengan Giska yang sudah lebih dulu keluar.

David mengernyit melihat rumah yang ia kenali, rumah Adam.

"Gue baru sadar rumah Adam sama Naya deketan," gumam David.

Rumah Naya dan Adam tidak bersebelahan, lebih tepatnya terhalat 1 rumah yang cukup besar.

"Haee, Massss beeerrondonggghh!!"

Hampir saja David terjatuh dari motornya karena kaget dengan suara banci yang dibuat-buat plus menjijikan. Suara Adam.

David melengus lalu menggas motornya lebih cepat. Adam pun tidak mau kalah, dirinya juga langsung menggas motornya agar sejajar lagi dengan David.

"Tungguin dede emesh dong, say,"

"Jijik, Dam!"

Adam tertawa melihat David seperti itu. Adam tau kalau David anti cabe cabe club. Menurut David cabe-cabean atau sejenisnya itu sangat menyakitkan mata hidung telinga bibir dan semua organ tubuhnya, makanya dirinya malas sekali berurusan dengan yang namanya Cabe cabean.

"Stop ketawa atau lo bakal jatuh?" Perintah David. Adam menarik napas dan menghembuskan napasnya lagi, mencoba menahan tawanya lagi.

"Betewe, Lu habis dari mane?"

"Kebetulan lewat." David berbohong. Mana mungkin dia mengatakan kalau dirinya habis dari rumah Naya. Pasti akan membuat Adam kepo setengah mampus.

"Gue duluan," langsung David.

"Jangan lupa nanti malem, Bro?!!"

David hanya mengacungkan jempol dan terus menjalakan motornya.

Adam mengernyit bingung, "Ya kali kebetulan lewat di dalam komplek," gumam Adam sambil memarkirkan kendaraannya di halaman rumah nya. "Serah mu, lah, Bang."

🌞🌞🌞

"Pagi, sayang,"

Naya menoleh kebelakang dan melihat Papa nya berjalan ke arah dapur lalu menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Papa nggak ke kantor?" tanya Naya.

"Hari ini?" Gilang menatap Naya "Enggak." Lalu mengambil piring dan mengaut nasi.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang