"Adam?"
Adam sudah berdiri di hadapan Naya sembari mengajak Naya untuk pulang dengannya. Sebenarnya tadi waktu Adam di parkiran, tiba-tiba Om Gilang, papanya Naya menelpon dan memintanya untuk membolehkan Naya pulang bersamanya karena mobil Pak Dani mogok. Adam juga berusaha menahan tawanya ketika melihat wajah Naya yang kaget karena melihatnya. Terlihat lucu namun konyol.
"Kok, sama lo?" Naya masih memasang wajah bingung dan sedikit kesal. Naya sebenarnya tidak membenci Adam, meskipun setiap kali mereka bertemu keduanya selalu bertengkar, dan sekarang laki-laki itu mengajaknya pulang bersama. Tidak salah, nih?
"Lo mau pulang nggak?"
"Hah?"
Tanpa aba aba lagi Adam langsung menarik Naya agar naik ke Motor besarnya itu. Awalnya Naya bingung tapi tak urung ia pun naik ke atas motor Adam.
"Dam, mau ngapain?" Bingung Naya.
"Lo mau pulang, kan?" Naya mengangguk "Ya, gue antar lah. Lo pasti tau, kan, taxi susah di cari jam segini?"
Naya terdiam di belakang. Perkataan cowok itu ada benarnya juga.
Merasa Naya tidak berkutik lagi, Adam pun langsung menjalankan motornya meninggalkan sekolah.
🌞🌞🌞
"Kok, kesini?" Bingung Naya ketika Adam malah berhenti di sebuah Cafe.
"Laper, Nay," Ringis Adam sambil memegang perutnya.
Naya mengerucutkan bibirnya kesal. Sedangkan Adam malah langsung masuk tanpa menoleh pada Naya.
Naya mengikuti Adam masuk kedalam dan duduk didepan Adam. Mereka duduk di pojok dekat Jendela. Tempat favorit Adam setiap kesini.
"Makan apa?" Tanya Adam.
"Hah?"
"Mau makan apa?" Ulang Adam.
"Hmm, sama-in aja deh" ucap Naya "Eh, tapi lo yang bayar, kan?"
"Aman. Gue lagi kena angin baik, jadi gue yang traktir," Naya mendengus mendengar ucapan Adam yang kelewat aneh. Mana ada baik kena angin-angin-an.
"Nggak jelas,"
"Ya elu,"
"Kok, gue?"
"Ya emang lo nggak jelas, kan?"
"Lo ngatain gue?"
"Iya, kenapa?" Tantang Adam. "Mau protes? Nggak gue bayarin baru tau lo!"
Seketika Naya kicep mendengar ancaman Adam. Dibalik kata untuk baiknya Adam ada tersimpan ribuan jenis hujatan untuk Adam.
Naya lagi-lagi mendengus kesal.
Adam tertawa cekikikan melihat Naya yang kalah debat dengannya. Baru kali ini Naya kalah debat. Melihat wajah Naya yang datar malah semakin membuat Adam tertawa keras sampai sampai para pengunjung lain menoleh kearah mereka.
"Dam, lo bisa diem nggak? Malu maluin banget," kesal Naya.
Laki laki itu berusah menahan tawanya. "Aduhhh, perut gue."
"Udah?" Naya terus menatap Adam yang mengucek matanya dan terlihat kelelahan karena tawanya. Naya melihat Adam menganggukan kepalanya berusaha menahan tawa nya lagi. Naya pun mengalihkan wajahnya ke arah jendela.
"Tau gini gue nggak mau ikut!"
🌞🌞🌞
Motor itu berhenti di depan rumah besar ber-cat putih. Disamping kiri ada pos satpam dan di belakang pagar ada kebun kecil tepat di depan rumah.
"Makasih!" Ucap Naya ketus.
Adam menolehkan wajah nya ke arah Naya dan tersenyum. Seketika Naya terpanah dengan senyuman Adam yang kelewat Adem. Darah nya berdesir dan tidak tahan melihat senyum Adam, Naya langsung menolehkan wajahnya ke arah lain.
"Nggak ikhlas amat, Neng?"
"Bodo!"
"Yaudah, deh. Gue balik dulu, ye?"
Naya mengangguk lalu setelahnya Motor Adam sudah berlalu dan hilang masuk ke pagar rumah di samping rumahnya itu. Naya Pun berbalik kedalam rumah.
"Non, udah pulang?" Tanya bi Ainun ketika melihat anak dari majikannya sudah dirumah.
Naya hanya mengangguk dan terus berjalan. Bi Ainun pun meneruskan jalannya untuk menyiram tanaman.
"Eh Bi? Papa udah pulang?"
Bibi memutar tubuh nya dan menggeleng, "Belum, Non."
Naya tersenyum maklum dan kembali kedalam, "Ya kali, papa pulang jam segini."
Naya melewati ruang keluarga dimana banyak sekali photo keluarga mereka. Mulai dari Naya masih kecil hingga Naya sudah besar. Mulai dari keluarga mereka lengkap hingga tersisa dirinya dan Papa nya.
Naya berhenti di sebuah meja yang menjejerkan figura-figura berukuran sedang. Terdapat gambar seorang wanita cantik dengan rambut panjang sepunggung tengah tersenyum manis. Di samping photo itu ada juga photo seorang laki laki yang umurnya tak jauh dengannnya, hanya berbeda 2 tahun dengannya juga tengah tersenyum bahagia. Naya tersenyum melihat kedua photo itu. Ia mengusap wajah mama dan kakak laki-laki nya itu.
"Naya kangen. Maaafiin, Naya, Ma." tak merasa air mata nya turun dan rasa menyesal itu kembali datang. Rasa marah rasa sedih rasa benci itu kembali hadir dan membuatnya kembali frustasi.
"Non, kok, nangis?" Kejut Bi Ainun ketika melihat Naya menangis. Bibi melihat Naya menangis dengan tangan mengusap figura mendiang ibu nya. Seketika Bi Ainun takut kalau Naya akan kembali lagi seperti dulu.
Bi Ainun segera menuntun Naya untuk duduk di sofa dan mengusap punggung gadis yang tengah menangis itu, "Bibi ambilin air minum dulu, ya?"
Naya menggeleng, "Naya mau ke kamar aja." ucap gadis itu dan langsung melestat pergi ke kamar.
Melihat itu Bi Ainun langsung menelpon majikannya, papa-nya Naya, Gilang.
🌞🌞🌞
"Naya?" Suara dari laki laki paruh baya itu terus terdengar tapi sang pemilik nama tidak kunjung membuka pintunya. Gilang terus memanggil nama anaknya dengan lembut tapi tetap saja tidak ada jawaban.
"Ini, Pak" Bi Ainun datang membawa kunci cadangan. Segeralah Gilang membuka dan masuk kedalam.
Awalnya Ia tidak melihat Naya diranjangnya dan berpikir kalau anaknya itu ada di kamar mandi. Tapi ketika melewati ranjang besar milik Naya, Gilang terkejut melihat anak gadisnya itu menekuk lutut di samping ranjang menghadap kearah jendela balkon. Tatapan nya kosong dan seakan-akan ia adalah patung.
Gilang menghela napas dan langsung duduk disamping anaknya itu. Awalnya Naya terkejut dan langsung menoleh. Alis nya berkerut matanya memicing tajam. Gilang yang tau kondisi anaknya langsung mengusap bahu anaknya dan membawanya kedalam pelukannya. "Sayang?"
Dalam pelukannya, Gilang merasa Naya tertegun lalu menghela napas. Naya membalas pelukan papa nya itu dan akhirnya airmata yang ditahannya sejak tadi keluar begitu saja.
"Sssttt.. Papa di sini."
🌞🌞🌞
Haloo jumpa lagii❤❤❤❤. Jgn lupa yaa vote sma comment nyaaa😍😍😍
@dynr__

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE
Teen Fiction( C O M P L E T E ) Sendirian Apa yang kamu pikirkan dari kata sendirian? Hidup dengan dibayangi masa lalu Hidup yang di hantui masa kini Dan hidup yang menjadi misteri masa depan. Setiap orang mempunyai waktu untuk sendiri, tapi bagaimana jika sese...