10. Sepasang Mata itu

2.8K 151 1
                                    

"Sayang, bangun," suara favorit gadis itu terdengar. Suara halus nan merdu milik mama nya.

Naya membuka matanya. Tidak ada. Selalu saja seperti itu. Disetiap paginya dirinya merasa mama nya selalu membangunkannya, tapi saat dia membuka matanya? Hilang.

Terlalu nyata untuk dijadikan khayalan bagi Naya. Tapi meskipun tidak bertemu secara langsung, Naya terus bersyukur. Karena itu berarti mamanya selalu hidup didekatnya dan didalam hatinya.

"Pagi, anak papa," Suara itu terdengar setelah pintu terbuka menyadarkan Naya, suara Gilang.

Naya mengerucutkan dahi ketika melihat papa nya yang terlihat rapi. Melihat anaknya itu bingung, Gilang langsung duduk di samping Naya dan mengelus kepalanya. Berat rasanya meninggalkan anak satu satu nya yang dia miliki sekarang, apalagi disaat keadaan Naya yang kadang kembali rusuh.

"Sayang, maaafin Papa ya, Papa nggak bisa nemenin kamu lima hari ini,"

"Lima hari?" Tanya Naya. "Papa mau kemana?"

Gilang mengangguk lesu. "Iya, lima hari. Ada pekerjaan diluar Kota yang sedikit bermasalah. Papa usahain selesaikan lebih awal,"

Naya terdiam. Baru saja Papanya itu mengurangi sedikit pekerjaannya demi dirinya tapi sepertinya itu malah membuat perusahaannya terganggu.

"Nggak papa, kok," ucap Naya dengan senyum "Naya baik baik aja, tapi Janji ya Papa bisa pulang  lebih awal?" sambil memeberikan jari kelingking nya dan langsung di tautkan Papa nya.

"Pasti."

🌞🌞🌞

"Pagi, Om,"

Suara itu? Naya langsung membalikan tubuh nya dan pada saat itu juga dirinya tau kalau hari hari nya akan terasa sial.

"Eh, Adam. Sudah datang kamu. Ayo, sini makan dulu," ajak Gilang.

Adam duduk di hadapan Naya. Adam tau kalau Naya sedang kesal karena melihat nya. Tapi itu yang disukai Adam. Membuat Naya kesal adalah salah satu hobinya.

"Om mau tugas di luar kota, jadi kamu bisa, kan tolongin Om seperti biasa?"

"Pasti, Om," ucap Adam membuat Gilang merasa tenang.

"Naya, kamu berangkat, pulang atau kemana mana harus sama Adam. Oke?"

Tidak ada jawaban.

Naya cemberut dan menatap Gilang dengan tatapan memohon. Dan hanya di balas dengan tatapan 'IYA'.

"Hm." gumam Naya nyaris tidak terdengar.

Adam tertawa dalam hati. Bahagia sekali melihat Naya kesal seperti itu. Dan lebih bahagianya lagi dirinya bisa lebih sering untuk terus bersama Naya.

"Ah, bahagianya,"

🌞🌞🌞

Naya berusaha menahan tawanya tapi pada akhirnya tawanya pecah juga dan menjadi pusat perhatian pejalan kaki. Sedangkan Adam, berusaha menahan malu dan sedikit sakit pada kakinya.

Pada saat di depan komplek tadi, Naya dan Adam berdebat di motor. Merasa kesal Naya menjambak rambut Adam yang jambul nya seperti Syahrini itu. Dan Adam mulai hilang keseimbangan dan pada akhirnya terjatuh.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang